Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kepedulian Sosial Dokter Tionghoa pada Masa Lalu

13 November 2021   19:42 Diperbarui: 13 November 2021   19:47 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokter Yap/kiri menjadi nama RS Mata di Yogyakarta dan dokter Oen/kanan menjadi nama RS di Solo (Sumber: tangkapan layar makalah Ravando Lie)

Angka cantik pasti menjadi pilihan banyak orang. Ada angka cantik pada nomor telepon, nomor seri uang, dll. Sering kali orang melakukan pesta atau hajatan pada tanggal cantik, seperti penyelenggaraan Olimpiade Beijing pada 8 Agustus 2008 yang kalau diterjemahkan menjadi 08-08-08. Ketika menikah, orang pun hampir selalu memilih tanggal cantik.

Pendirian Museum Banteng Heritage pun tidak mau kalah. Udaya Halim, sang pendiri, memilih tanggal cantik 11-11-11 atau 11 November 2011. Dua hari lalu Museum Benteng Heritage telah mencapai usia 10 tahun atau satu dekade. Sebuah prestasi yang cukup membanggakan mengingat Museum Benteng Heritage adalah museum swasta.

Dalam masa pandemi ini Udaya Halim sering menyelenggarakan kegiatan daring. Maklum museum belum boleh dibuka untuk umum. Kalaupun dibuka baru secara terbatas. Museum Benteng Heritage baru dibuka kembali dengan protokol kesehatan ketat sejak Agustus 2021 lalu.

Dompet kemanusiaan di koran Sin Po (Sumber: tangkapan layar paparan Ravando Lie)
Dompet kemanusiaan di koran Sin Po (Sumber: tangkapan layar paparan Ravando Lie)

Dokter Tionghoa

Masih dalam rangka menyambut satu dekade usia Museum Benteng Heritage ditambah Hari Kesehatan Nasional pada 12 November, 13 November 2021 sore Pak Udaya mengundang saya dalam webinar "Peran Tionghoa dalam Dunia Kesehatan Indonesia". Dari paparan Ravando Lie saya mengetahui ternyata peran dokter Tionghoa masa 1920-an sangat besar. Pada mulanya mereka belajar di Eropa, seperti Belanda dan Belgia. Lalu mereka pulang ke Indonesia untuk mendarmabaktikan ilmunya di sini.

Masalahnya, ketika itu dokter-dokter Belanda sangat diskriminatif terhadap penduduk bumiputera. Maka bertindaklah dokter-dokter Tionghoa itu tanpa memandang ras dan agama, bahkan dengan biaya gratis bagi mereka yang tidak mampu. Alhasil penduduk bumiputera bisa tertangani dengan lebih baik dalam hal kesehatan.

Dokter-dokter Tionghoa ada di berbagai kota. Kalau sekarang Yogyakarta punya RS Mata dr. Yap, itulah peran dokter Yap Hong Tjoen. "Ia merupakan seseorang yang sangat terkemuka dan disegani di kalangan orang Tionghoa, dan bahkan juga di Belanda. Ia seorang dokter hebat, dan terlebih lagi ia merupakan seorang politikus dengan dorongan dan mimpi yang besar," begitu kata Ravando sebagaimana koran De Locomotief, 6 Mei 1919.  

Koran berbahasa Belanda lain kemudian mengatakan, "Inti yang utama dari RS Mata dr. Yap adalah poliklinik yang dibuka untuk seluruh bangsa, tanpa memandang ras maupun agama, di mana pasien yang berobat dirawat secara gratis, atau dengan biaya yang sangat minim. Namun dalam praktiknya, mayoritas pasien dapat berobat tanpa mengeluarkan biaya sepeser pun". Gubernur-Jenderal Hindia-Belanda, Cornelis de Jonge dan Raja Siam, Rama VII, pernah berkunjung ke RS Mata dr. Yap pada 1929 sampai 1930-an.

Museum Benteng Heritage di Jalan Cilame Tangerang (Sumber: bentengheritage.com)
Museum Benteng Heritage di Jalan Cilame Tangerang (Sumber: bentengheritage.com)

Dompet kemanusiaan Sin Po

Di Jakarta dokter-dokter Tionghoa berperan dalam perkumpulan Jang Seng Ie, yang sekarang menjadi RS Husada di Jalan Mangga Besar. Banyak donatur berpartisipasi untuk menolong rakyat kecil. Mereka bekerja sama dengan koran Sin Po untuk membuka dompet kemanusiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun