Meskipun sedang tutup layanan karena untuk menghindari penyebaran pandemi Covid, Museum Kebangkitan Nasional atau Muskitnas, tetap melaksanakan berbagai kegiatan. Tentu saja sebagian besar dilaksanakan secara daring. Kalaupun secara luring, kegiatan dilaksanakan secara terbatas dengan protokol kesehatan ketat.
Pada 21 Agustus dan 28 Agustus 2021 lalu, Muskitnas melaksanakan Lomba Cerdas Cermat Museum (LCCM) Tingkat SMP/sederajat se-DKI Jakarta. LCCM menjadi program kerja andalan Muskitnas. Nantinya pemenang tingkat provinsi akan berebut juara secara nasional di Museum Nasional.
Mengingat masih dalam kondisi pandemi, sistem seleksi babak penyisihan dan final LCCM dilakukan penuh secara daring. Para peserta ternyata tetap bersemangat berkompetisi. Â Kegiatan LCCM dibuka oleh Kepala Muskitnas Bapak Agus Nugroho. Muskitnas beralamat di Jalan Abdul Rahman Saleh Nomor 26, persis di sebelah Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto.
LCCM tidak hanya mencari juara, tetapi juga mencari generasi unggul yang sadar akan sejarah bangsa dan para pendahulunya. Diharapkan ke depannya para generasi muda yang unggul ini dapat mempunyai prestasi yang membanggakan, baik bagi keluarga, sekolah, dan bangsa Indonesia. Demikian kata Pak Agus Nugroho.
Setelah bersaing ketat, Dewan Juri memutuskan beberapa sekolah terpilih. Berikut adalah daftar sekolah pemenang LCCM 2021:
- Juara 1 SMP Negeri 255 Jakarta
- Juara 2 SMP Negeri 115 Jakarta
- Juara 3 SMP Negeri 199 Jakarta
- Juara Harapan 1 SMP Negeri 85 Jakarta
- Juara Harapan 2 SMP Negeri 252 Jakarta
- Juara Harapan 3 SMP Negeri 75 Jakarta
Bermalam di museum
Seusai babak final LCCM, Muskitnas menjadi tuan rumah acara "Bermalam di Muskitnas". Acara itu diikuti para pemandu museum, guru pariwisata, dan pramuka, berkolaborasi dengan Ikatan Pemandu Museum Indonesia (IPMI) dan Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI).
Acara dimulai pukul 17.00 secara santai. Setelah makan malam, acara santai kembali berlangsung dengan pemaparan dari beberapa narasumber tentang pemanduan, pariwisata, dan penulisan.
Seusai acara, peserta dibagi dalam beberapa kelompok untuk melakukan tur museum. Tentu saja agar tidak membuat kerumunan, para peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok dipimpin seorang pemandu. Para peserta diajak ke ruangan-ruangan koleksi. Ada yang sudah pernah ke Muskitnas, ada yang belum pernah ke sini.
Mengunjungi museum pada malam hari memang memiliki sensasi tersendiri. Sejak kemunculan film "Night at the Museum" nama museum menjadi terangkat. Dalam tur museum itu sempat muncul beberapa guyonan. "Hati-hati koleksi mayat bisa hidup," kata beberapa peserta.
Muskitnas memiliki koleksi rangka manusia yang berasal dari Prancis. Lihat tulisannya [di sini]. Tulisan lain juga ada [di sini]. Â Ada beberapa peserta yang agak ketakutan. Apalagi kemudian para peserta diajak ke ruangan yang dulunya menjadi asrama. Banyak tempat tidur berada di sini.
Muskitnas berawal dari Sekolah Dokter Bumiputera yang disebut STOVIA. Beberapa tokoh mendirikan organisasi Budi Utomo di tempat ini. Sebelum menjadi Muskitnas, beberapa museum ada di sini antara lain Museum Kesehatan, Museum Wanita, Museum Pers, dan Museum Budi Utomo. Pada 1974 disebut Gedung Kebangkitan Nasional. Baru pada 1984 menjadi Museum Kebangkitan Nasional.
Bakar ikan
Seusai tur museum, para peserta disajikan ikan bakar di halaman museum. Makan ikan di malam hari, apalagi ramai-ramai, membuat acara semakin marak. Ikan bakar hangat plus sambal tentu menghangatkan badan.
Bakar ikan di malam hari menjadi acara terakhir. Sebagian peserta meninggalkan museum sekitar pukul 22.00. Peserta lain kembali meneruskan acara, seperti diskusi dan ngobrol santai.
Pihak museum sendiri menyediakan beberapa ruangan yang dilengkapi karpet untuk peserta beristirahat. Sekitar pukul 01.00 para peserta sudah memasuki ruangan yang diatur oleh panitia. Mereka tampak sudah ngantuk.
Minggu, 29 Agustus pukul 06.00 para peserta mulai berolahraga ringan. Di meja dekat aula, sarapan pagi sudah disediakan oleh panitia. Seusai sarapan satu per satu peserta mulai meninggalkan museum.***
