Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Diplomasi Musik hingga Kekhawatirkan UNESCO Jika Borobudur Dinaiki Banyak Pengunjung

15 Juli 2021   07:52 Diperbarui: 15 Juli 2021   08:01 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pentas musik memakai alat-alat musik yang tergambar pada relief Borobudur (Dokpri)

Akhir Juni 2021 lalu, tepatnya pada 23-27 Juni, saya berkesempatan ke Borobudur dsk. Sebenarnya ada rasa was-was untuk pergi ke sana. Maklum si pandemi bukannya melandai malah meninggi. Yah berpikir positif saja. Tentu saja tidak lupa melaksanakan prokes dengan ketat.

Ada sembilan orang penulis Kompasiana terbaik diundang ke sana. Sebelumnya berlangsung Blog Competition dengan topik Sound of Borobudur dan relief alat musik. Dari 200-an peserta, terpilih sepuluh orang, termasuk saya. Sekitar tiga hari sebelum keberangkatan, ada satu peserta mengundurkan diri dan itu bisa digantikan. Namun satu hari menjelang keberangkatan, seorang peserta yang mengundurkan diri tidak bisa digantikan. Akhirnya sembilan Kompasianer ikut ke sana. Selain dari Jakarta, mereka berasal dari Pekalongan, Yogyakarta, Banyuwangi, dan Surabaya.

Sound of Borobudur

Hari pertama, 24 Juni 2021, kami mengikuti Konferensi Internasional 'Sound of Borobudur' bertema 'Music Over Nation: Menggali Jejak Persaudaraan Lintas Bangsa Melalui Musik". Kegiatan itu diselenggarakan oleh Kemenparekraf bekerja sama dengan Yayasan Padma Sada Svargantara dan Kompas Group. Lokasinya di Balkondes atau Balai Ekonomi Desa di Karangrejo. Di sekitar Candi Borobudur ada 20 Balkondes untuk menampung pegiat UMKM. Setiap Balkondes dibangun dengan dana sosial dari perusahaan BUMN, seperti Pegadaian, Telekomunikasi Indonesia, Pertamina, dan BNI.

Konferensi internasional diselenggarakan secara luring dan daring. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Pak Sandiaga Uno membuka kegiatan secara langsung dari Balkondes Karangrejo. Menurut beliau, Candi Borobudur merupakan mahakarya yang menyimpan berbagai ilmu pengetahuan dan rekam jejak peristiwa serta fenomena masyarakat Jawa kuno. "Kita banyak belajar dari Borobudur melalui 1.460 relief yang ada di sana," begitu kata Pak Sandiaga.

"Relief-relief Candi Borobudur menunjukkan pada sekitar abad ke-8/9 Nusantara sudah mengenal musik ansambel. Sementara musik sejenis baru dikenal di Eropa sekitar abad ke-14/15," demikian lanjut Pak Sandiaga.

Pada kesempatan itu hadir Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo secara daring. Beliau berharap pentas seni dengan sejumlah musisi dunia dapat segera terwujud. Rencananya memang akan ada Sound of Borobudur Music Camp yang diikuti para musisi dunia.  

Dari Yayasan Padma Sada Svargantara yang memberi sambutan adalah Purwa Tjaraka. Beliau hadir secara daring. "Relief-relief di Borobudur adalah mega perpustakaan tentang berbagai pengetahuan yang akan menjadi sumber inspirasi sepanjang masa yang diwariskan lintas generasi," kata Kang Purwa.

Pak Addie MS juga ikut memberikan kata pengantar. "Dari musik kita belajar bahwa keberagaman adalah anugerah Tuhan yang bisa menjadi keindahan hidup," kata Pak Addie.

Upacara pembukaan Konferensi Sound of Borobudur (Dokpri)
Upacara pembukaan Konferensi Sound of Borobudur (Dokpri)

Diplomasi musik

Duta Besar RI untuk Selandia Baru dan kepulauan di sekitarnya, Pak Tantowi Yahya, mengatakan musik bisa menjadi alat diplomasi. Terbukti masyarakat Indonesia bisa dekat dengan masyarakat Selandia Baru lewat musik. "Musik memiliki posisi strategis dan dapat menjadi alat persaudaraan," kata Pak Tantowi.

Pada kesempatan selanjutnya berbicara Prof. M. Baiquini. Beliau pernah menjadi Ketua Magister Kajian Pariwisata UGM. Selain itu ada Dr. Muh. Amin, dari Kemenparekraf/Baparekraf.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun