Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Don Hasman, Fotografer dan Pengelana Bertaraf Internasional

10 Mei 2021   09:17 Diperbarui: 10 Mei 2021   09:44 1722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Don Hasman, Sang Legenda (Sumber: makalah Pak Udaya Halim)

Kalau kita dengar nama Yap Hong Yan bisa dipastikan banyak orang tidak mengenal beliau. Lain halnya kalau kita sebut nama Don Hasman. Don Hasman populer sebagai jurnalis, fotografer, pengelana, pendaki gunung, dan penyelam. Yap Hong Yan yah identik dengan Don Hasman itu.

Pak Don Hasman lama berkecimpung sebagai jurnalis foto di tabloid Mutiara. Ia nyaris hadir di setiap pelosok Nusantara dan berbagai negara. Dari foto-fotonya terlihat, ia banyak mengabadikan kehidupan dan keindahan alam/budaya. Setelah Mutiara tidak terbit lagi, Pak Don tetap berkecimpung di dunia fotografi.

Ia lahir pada 1940. Di usianya yang ke-81, ia masih enerjik dan produktif. Banyak karya foto Pak Don dipakai berbagai instansi di dalam dan di luar negeri. Sejak lama ia memang dikenal di dunia internasional.

Kiprah Pak Don dibicarakan dalam Webinar yang diprakasai oleh  Museum Benteng Heritage dan Persaudaraan Pertiwi (Peranakan Tionghoa Warga Indonesia). Pak Udaya Halim bertindak sebagai moderator.

Pak Don membahas topik Ethno Photography. Sebelumnya berbicara Prof. Peter Carey, yang mengatakan pada masa lalu di Nusantara pernah ada sejumlah fotografer yang berjasa mengabadikan kehidupan dan masyarakat, yakni Woodbury dan Page dari Inggris serta Kinsbergen dari Belgia. Fotografer pribumi pertama adalah Kassian Cephas. Selanjutnya muncul Tio Tek Hong yang memiliki toko di Pasar Baru Jakarta.

Don Hasman dan buku karya beliau (Sumber: makalah Pak Udaya Halim)
Don Hasman dan buku karya beliau (Sumber: makalah Pak Udaya Halim)
Walet Budiman

Pak Udaya menjuluki Pak Don sebagai Walet Budiman. Dalam paparannya itu, Pak Don menampilkan sejumlah foto yang ia ambil di berbagai kota dan negara. Ada perkawinan adat Baduy, ada upacara Seren Taun, misalnya. Soal Baduy Pak Don memang pakarnya. Ia banyak memiliki kenalan di Baduy luar dan Baduy dalam.

Banyak foto yang dihasilkan Pak Don berasal dari masa 1980-an. Sekarang momen-momen seperti itu tidak dijumpai lagi. Inilah sejarah yang terekam lewat fotografi.

Masa kecil Pak Don sangat suram. Dulu ia tinggal di Jalan Gajah Mada. Karena dekat dengan Gedung Candra Naya, yang sebelumnya bernama Sin Ming Hue, ia kerap mendengarkan obrolan para fotografer. Jadilah ia belajar secara otodikdak. Kelak dari gedung itu lahir Lembaga Fotografi Candra Naya yang sangat dikenal luas.

Saya sendiri sudah kenal lama dengan Pak Don. Dulu kami sama-sama di tabloid Mutiara. Bahkan kami sering jalan bersama.

Pengantin Baduy karya Don Hasman (Sumber: makalah Don Hasman)
Pengantin Baduy karya Don Hasman (Sumber: makalah Don Hasman)
Dulu ketika masih menggunakan kamera analog, Pak Don paling sedikit membawa tiga kamera, masing-masing berisi film hitam putih, film berwarna, dan slide. Dalam berkelana, kami sering berhenti sejenak, yah untuk mengambil foto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun