Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ketika Masyarakat Awam Menawarkan "Uang Kuno", Pasang Harga Tinggi, Dikasih Tahu Ngeyel

8 Maret 2021   07:14 Diperbarui: 8 Maret 2021   09:39 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Uang bergambar pinisi yang sering ditawarkan dengan harga tinggi (Dokpri)

Sampai saat ini banyak warga masih saja menganggap 'uang kuno' berharga mahal. Bila kita lihat di marketplace atau media-media sosial, mereka menawarkan 'uang kuno' dengan harga aduhai. 

Dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah. Padahal, kondisi uang tersebut terbilang amburadul, seperti ada lipatan, kotor, dan sobek. Lagi pula uang tersebut masih keluaran 1990-an.

Sejak lama para kolektor uang atau numismatis berpedoman pada buku katalogus. Di sini ada patokan harga berdasarkan kondisi uang. Rata-rata katalogus memuat tiga macam harga untuk tiga kondisi (grade). 

Harga termurah untuk kondisi XF (Extra Fine), boleh dikatakan 'cukup bagus'. Di atas XF ada kondisi VF (Very Fine) atau 'bagus'. Kondisi teratas adalah Unc (Uncirculated) atau 'bagus sekali'.

Sebenarnya numismatis mengenal delapan grade, namun yang populer tiga grade itu. Di bawah grade XF, ada F (Fine), G (Good), dan P (Poor). Ketiga kondisi sering kali dipakai untuk koleksi yang benar-benar langka. 

Numismatis mengenal koleksi langka dengan istilah R (Rare), yakni R, RR, RRR, dan RRRR. RRRR berarti sangat langka. Koleksi yang ditemui berjumlah 1 hingga 3.

Numismatis profesional mengenal grade dari angka 1 hingga 70. Ini dikenal dengan skala Sheldon. Semakin tinggi grade, harga akan semakin mahal. Namun jarang sekali koleksi yang memperoleh nilai 70. Saya amati sejumlah numismatis Indonesia memiliki koleksi dengan grade 65 hingga 68.

Untuk memperoleh grade seperti itu, numismatis harus membayar sekitar Rp350.000. Namanya disertifikasi atau di-grading. Numismatis menyebutnya 'disekolahkan'. Saat ini grading dilakukan oleh lembaga PMG (Paper Money Guaranty) di AS. Ada agen PMG di Jakarta. Lihat tulisan saya [di sini].

Ilustrasi kondisi uang kertas, ada lipatan dan kotor (Dokpri)
Ilustrasi kondisi uang kertas, ada lipatan dan kotor (Dokpri)
Gambar sama

Harga sebuah koleksi yang sudah ada sertifikat PMG tentu lebih mahal daripada koleksi tanpa PMG, meskipun dalam kondisi sama. Hal seperti ini sering disalahtafsirkan oleh masyarakat awam. 

Saya pernah melihat sebuah koleksi dengan PMG 65 ditawarkan dengan harga Rp1.500.000. Maka ikut-ikutlah beberapa masyarakat awam pasang harga tinggi. Padahal, kalau diperbandingkan dengan skala Sheldon, paling-paling koleksi mereka tidak lebih dari angka PMG 20. Ini menjadi bukti bahwa mereka tidak paham grading dan hanya memperhatikan koleksi dengan gambar yang sama.

Saya lihat harga-harga tidak wajar ditawarkan masyarakat awam di marketplace atau e-commerce. Perlu diingat, dijual atau ditawarkan bukan berarti 'terjual'. Kalau koleksi itu 'terjual' dengan harga fantastis tentu luar biasa.

Sayang, banyak masyarakat awam sering kali 'ngeyel' kalau diberi tahu. Mereka selalu berpedoman pada tulisan atau tayangan di internet. Hanya sedikit yang mengerti setelah diberi pemahaman. 

Mereka yang 'ngeyel' sering kali di-'bully'. Bahkan yang lebih tragis, mereka memasang koleksi lalu menulis 'tawar aja dulu, kalau cocok angkut', 'harting angkut', atau 'berani berapa'.

Ada beberapa nasihat yang perlu diperhatikan masyarakat awam yang ingin menjual koleksi di marketplace. Pertama, cari harga yang paling rendah, jangan yang paling tinggi. 

Kedua, perhatikan informasi pada koleksi yang dijual (misal kondisi XF, ada foxing/noda). Abaikan kalau ada kata-kata 'warisan kakek' atau 'koleksi bersejarah'.

Ilustrasi uang 100 dengan beberapa tahun cetak (Dokpri)
Ilustrasi uang 100 dengan beberapa tahun cetak (Dokpri)
Tadi saya iseng-iseng ketik "pinisi 100', ternyata muncul banyak gambar dan banyak harga. Ada yang Rp3.000-Rp5.000 selembar, ada juga Rp 1 juta-Rp2 juta selembar. Saya pernah nulis [di sini].

Ada juga uang pinisi dengan harga khusus, misalnya bernomor seri cantik 000001, 123456, atau 333333. Termasuk mahal, tentu saja uang pinisi yang sudah di-grading PMG.  

Harga yang wajar memang hanya ribuan rupiah. Untuk gepokan atau per 100 lembar, lebih murah lagi, hanya Rp150.000-Rp200.000 per gepok. Uang pinisi masih banyak di pasaran karena dikeluarkan pada 1992. Setiap tahun pemerintah mengeluarkan emisi ini.

Sepengetahuan penulis uang pinisi 100 dikeluarkan pada 1992 hingga 2000, kecuali 1998. Jadi ada 8 variasi tahun. Variasi tahun ini menjadi sasaran numismatis.  

Saat ini tempat bertanya cukup banyak. Maka bertanyalah ke numismatis karena banyak numismatis memiliki media sosial.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun