Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keluar dari Zona Nyaman, Beralih Jadi Perajin Wayang

8 November 2020   08:46 Diperbarui: 8 November 2020   08:55 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Persiapan acara Bintang Sepurmudaya (Foto: KPBMI)

Kemarin, 7 November 2020, kita merayakan Hari Wayang Nasional. Penetapan sebagai Hari Wayang Nasional ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo pada 17 Desember 2018. Dasarnya adalah penetapan UNESCO pada 7 November 2003 bahwa wayang adalah asli Indonesia sebagai warisan budaya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur.

Sejauh ini sumber tertua yang menyebutkan kata wayang adalah prasasti, seperti Prasasti Wukayana (kondisinya rusak tapi diperkirakan berasal dari abad ke-9).  Mawayang buatt hyang, begitu sepenggal isinya yang berkenaan dengan wayang. Diartikan pertunjukan wayang tersebut untuk dewa atau arwah nenek moyang.

Beberapa prasasti lain juga menyebutkan istilah sejenis, seperti Alasantan, Cane, Sangguran, Galunggung, Linggasuntan, Anjukladang, dan Waringin Pitu. Kara aringgit terdapat pada beberapa prasasti, yang juga bermakna wayang. Namun semua wayang merujuk pada wayang kulit. Lihat lebih lanjut [di sini].

Teh Melcy, perajin wayang custom (Foto: KPBMI)
Teh Melcy, perajin wayang custom (Foto: KPBMI)
Bincang Sepurmudaya

Berkenaan dengan Hari Wayang Nasional, anak-anak muda yang tergabung dalam sebuah komunitas bernama Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI) ikut memeriahkan acara itu dengan melakukan bincang santai. Kali ini KPBMI menampilkan Teh Melcyana Wulandari. Ia perajin  wayang golek modern yang disebut wayang custom. Tokoh wayang tergantung permintaan customer.

KPBMI sendiri memiliki maskot Ganesha Sepurmudaya. Dalam mitologi kuno Ganesha dipandang sebagai Dewa Ilmu Pengetahuan. Belalai Ganesha sedang mengisap isi mangkok yang dipandang tidak pernah habis. Sebagaimana ilmu pengetahuan yang juga tidak pernah habis. Sementara Sepurmudaya singkatan dari sejarah, purbakala, museum, dan budaya, yakni bidang-bidang kegiatan sasaran utama komunitas.

Sabtu malam itu, KPBMI berbincang santai dengan Teh Melcy bertema "Semangat pelestarian dan berwirausaha di masa pandemi". KPBMI diwakili oleh Kak Dhanu Wibowo dengan boneka Ganesha yang dibuat oleh Teh Melcy.

Terungkap dari bincang santai itu, Teh Melcy tadinya bekerja di sebuah bank. Ia sudah suka wayang golek, maklum ia tinggal di Sumedang. Karena sering melihat banyak kayu sisa dan perajin tradisional yang semakin langka, ia mulai berpikir membuat wayang kekinian dan mendidik anak-anak muda di sana untuk membuat wayang. "Jadi saya keluar dari zona nyaman," katanya tentang pekerjaan dulu dan sekarang.

Ganesha Sepurmudaya (Foto: IG Teh Melcy)
Ganesha Sepurmudaya (Foto: IG Teh Melcy)
Kayu albasia

Ia membuat wayang goreng modern dari kayu albasia. Kata Teh Melcy, kayu itu mudah diukir. Setelah rampung, Teh Melcy merancang pakaian wayang.

Wayang custom karya Teh Melcy dan kawan-kawan makin lama makin dikenal. Padahal ia hanya promosi di media sosial dan toko daring atau online shop. Ia membuat wayang sesuai pesanan. Biasanya pemesan ingin menghadiahkan wayang dengan karakter tertentu untuk pasangan atau pimpinan perusahaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun