Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hubungan Koin Batu Bahara dengan Kesultanan Batubara

18 Oktober 2020   08:15 Diperbarui: 18 Oktober 2020   08:28 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbagai temuan koin Batu Bahara (Foto: makalah Pak Saparudin Barus)

Aksara dan bahasa yang digunakan, kata Pak Candiki, adalah aksara dan bahasa Arab asli, bukan Arab Melayu atau Jawi. "Pada koin setidaknya terdapat lima variasi teks, yakni nama sulthan, gelar sulthan, asal mata uang, asal raja, dan tahun pembuatan mata uang. Namun hanya tertulis satu jenis tahun, yakni 1158 H, yang jika dikonversi ke dalam tahun Masehi 1745/1746," kata Pak Candiki.

Dari pembacaan epigrafi tersebut maka muncullah asumsi adanya Kesultanan Batu Bahara pada abad ke-18 yang belum teridentifikasi. Karena koin menjadi bukti kedaulatan sebuah negara, tentu menjadi petunjuk penting.

Koin emas dari Kedah (Foto: makalah Pak Ibrahim)
Koin emas dari Kedah (Foto: makalah Pak Ibrahim)
Hubungan dengan Kedah

Pak Ibrahim Bakar dari Persatuan Sejarah Malaysia memaparkan hubungan Batu Bahara dengan Kedah dan juga Siak dan Aceh. Pak Ibrahim memberi contoh uang emas Sultan Kedah ke-12 (1602-1625 M) dan tulisan "Marhum mangkat di Acheh. Makam di Pagar Awan". Apakah Pagar Awan identik dengan Batu Bara, ini masih perlu pendalaman.

Kedah dan Batu Bahara, kata Pak Ibrahim, melakukan hubungan sejak lama. Pada 1723 orang Batu Bahara ramai berniaga di Pulau Pinang, Seberang Perai, dan Kedah.

Sejarah lisan ternyata menyebut-nyebut Kerajaan Batubara, sebagaimana diungkapkan Pak M. Yusuf Morna. Kerajaan Batubara berawal dari 1676-1680, didirikan oleh Datuk Belambangan, yang masih keturunan Raja Negeri Minangkabau. Keturunannya itu pergi ke Batubara dari Minangkabau dan Simalungun.

Datuk Belambangan, kata Pak Horna, bersama penduduk yang ada membuat sarana perkebunan dan perkampung di Kualagunung sehingga menjadi kampung yang maju dan dikenal daerah lain. Setelah maju, nama Kualagunung diubah menjadi Negeri Batubara. Datuk Belambangan menjadi penguasa dengan gelar Datuk Batubaro.

Pak Ichwan Azhari dari Universitas Negeri Medan ikut bicara. Beliau memaparkan adanya bukit kerang yang sudah ada di Batu Bara sejak zaman prasejarah. Temuan-temuan keramik asing juga ada di wilayah Batu Bara.

Acara webinar dibuka oleh Bupati Batubara Pak Zahir. Semoga nama Batubara semakin dikenal karena mengandung nilai sejarah tinggi. Penelitian lanjutan dan mendalam tentu harus tetap dilakukan dengan gotong royong bersama berbagai pihak.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun