Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

SMS Sudah Dikenal di Nusantara Lebih dari 1000 Tahun Lalu

6 Oktober 2020   11:07 Diperbarui: 6 Oktober 2020   11:21 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tulisan pada prasasti (Sumber: Buku Prasasti Batu, Museum Nasional, 2016)

Sejak masyarakat mengenal HP atau ponsel, muncullah ragam bahasa baru, yakni bahasa SMS. Bahasa SMS cenderung dipersingkat dari bahasa aslinya. Bahkan muncul kata-kata baru yang sebelumnya tidak dikenal, baik dari bahasa Indonesia, bahasa daerah maupun bahasa asing.

Dalam bahasa SMS, misalnya, muncul kata gw dan lo. Gw bermakna gue/gua atau saya. Lo bermakna elo/elu atau kamu. Penggunaan kata gw dan lo jelas meringankan tugas jari yang mengetik. Untuk kata-kata yang agak panjang, antara lain kita mengenal sewjrx (sewajarnya), otw (dari kata on the way = dalam perjalanan), kepo, dan btw.

Buku ini berisi kumpulan alihaksara dan alihbahasa prasasti-prasasti Jawa Kuno abad ke-8--ke-11 (Dokpri)
Buku ini berisi kumpulan alihaksara dan alihbahasa prasasti-prasasti Jawa Kuno abad ke-8--ke-11 (Dokpri)
Prasasati

Sekarang soal menulis. Kalau kita mengunakan pensil atau pulpen, kesalahan tulis tentu akan mudah dikoreksi. Nah, bagaimana kalau kita menulis pada benda-benda keras seperti batu dan logam?

Masyarakat Nusantara pada abad ke-5 hingga ke-15 mengenal cara menulis pada batu dan logam. Banyak prasasti batu dan logam tersimpan di dalam museum. Prasasti menggunakan bahasa kuno dan aksara kuno, seperti Jawa Kuno, Bali Kuno, Melayu Kuno, dan Sunda Kuno.

Namanya pemahat atau penulis prasasti, tentu bukan manusia sempurna. Mungkin ada kesalahan tulis yang mereka lakukan. Sebagai benda keras, tentu tulisan atau pahatan tersebut sulit dikoreksi. Lalu apa yang mereka lakukan?

Ada yang membiarkan karena cuma kesalahan kecil. Ada yang merusak aksara yang salah, lalu memahatkan lagi aksara yang benar pada bagian atas. Hal-hal seperti itu ditemukan pada beberapa prasasti.

Bisakah masyarakat masa sekarang membaca tulisan seperti ini, "Hair ini saya sedagn membca Kompasaina"? Pasti bisa, paling tidak mengerti maksudnya meskipun ada kesalahan tulis. Masyarakat zaman dulu pun begitu, setidaknya mengerti atau mampu membaca tulisan pada prasasti.

Contoh kesalahan pahat dan bahasa SMS (Sumber: Buku Anugerah Sri Maharaja, halaman 472)
Contoh kesalahan pahat dan bahasa SMS (Sumber: Buku Anugerah Sri Maharaja, halaman 472)
Bahasa SMS

Sejumlah kata dalam prasasti tidak selalu dipahatkan secara lengkap. Bayangkan, bagaimana tangan akan pegal kalau ditulis panjang. Maka pemahat prasasti zaman dulu menyingkat kata-kata yang sudah umum dikenal masyarakat.

Kita lihat contohnya pada Prasasti Lintakan. Prasasti ini berbahan logam dan bertahun 841 Saka atau 919 Masehi. Sekarang prasasti ini disimpan di Museum Nasional Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun