Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pencapaian Saya di Kompasiana, Menjadi Narasumber hingga Dapat Anugerah Jurnalistik

14 Agustus 2020   04:59 Diperbarui: 14 Agustus 2020   04:52 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tepat empat tahun saya menulis di Kompasiana (Dokpri)

Hari ini usia akun Kompasiana saya tepat empat tahun. Saya membuat akun ini pada 14 Agustus 2016. Sebenarnya saya membuat akun Kompasiana karena 'kecelakaan'. Sebelum di Kompasiana, saya menulis di beberapa media cetak. Maklumlah, menjadi sumber penyambung hidup berkat honorarium.

Sekitar 2015 banyak media cetak mulai 'goyang' akibat serbuan media digital. Bayangkan, media cetak harus melewati beberapa proses sebelum sampai kepada pembaca. Ditulis, disunting, dibuat tata letak, dicetak, dan didistribusikan, begitulah singkatnya. Untuk sampai kepada pembaca, butuh waktu satu hari.

Sebaliknya media daring sangat cepat sampai kepada pembaca. Ditulis, disunting, dan ditayangkan. Bahkan cuma ditulis dan ditayangkan, sebagaimana pada blog. Jadi tidak perlu sunting-suntingan seperti pada media daring milik perusahaan media.

Beberapa tulisan saya (Dokpri)
Beberapa tulisan saya (Dokpri)
Pencapaian

Pencapaian saya dalam menulis di Kompasiana lumayanlah. Selama empat tahun saya menghasilkan 679 tulisan dengan 1.094.878 pengakses atau rata-rata 1 tulisan dibaca 1.600-an orang. Bahkan tepat 680 tulisan, karena tulisan ini belum dihitung.

Dari sekian banyak tulisan, 251 dimasukkan sebagai 'artikel utama' dan 639 sebagai 'pilihan'. Nilai saya baru 13.000-an dan masuk kategori 'penjelajah'.

Dibandingkan Kompasianer lain, nilai saya termasuk kecil. Iya saya akui karena saya jarang 'blog walking' ke akun-akun lain. Saya lihat banyak Kompasianer nilainya tinggi karena rajin memberi komentar pada akun-akun lain. Akibatnya mereka balik memberi komentar.

Banyak Kompasianer juga memiliki followers dan following banyak. Mohon maaf saya kurang rajin 'blog walking', biarpun sekadar menyapa. Paling-paling saya memberikan nilai 'menarik', 'inspiratif', atau 'bermanfaat' untuk tulisan dengan topik tertentu. Atau memberi komentar untuk tulisan-tulisan yang saya anggap menarik dan unik.

Baru saja saya lihat tulisan saya dimasukkan sebagai 'artikel utama' (Dokpri)
Baru saja saya lihat tulisan saya dimasukkan sebagai 'artikel utama' (Dokpri)
Keilmuan

Karena berawal dari penulis media cetak, maka tulisan-tulisan saya bersifat pengetahuan, keilmuan, reportase, dan opini. Hanya sedikit berdasarkan pengalaman pribadi, salah satunya tulisan ini.

Topik-topik yang saya tulis berkenaan dengan sepurmudaya (sejarah, purbakala, museum, budaya). Maklum saya berpendidikan arkeologi. Ada yang untuk menangkal hoaks, seperti Gaj Ahmada dari Arab, padahal dalam prasasti jelas tertulis Gajah Mada. Lalu tentang koin dari situs Gunung Padang yang berusia ribuan tahun, padahal berasal dari abad ke-19.

Tulisan lain tentang reportase kegiatan museum dan arkeologi seperti diskusi, seminar, pameran, dan sinau. Ada juga tulisan tentang 'tokoh' yang sekarang sudah meninggal. Soalnya saya yakin generasi muda tidak mengenal tokoh tersebut. Tulisan semi ilmiah lumayan banyak.

Nominasi

Selama empat tahun ini, nama saya sudah dikenal. Terima kasih untuk Kompasianer yang sering menyapa saya lewat kolom 'nilai' dan 'komentar'. Perkenalan dan persahabatan yang tidak ternilai.

Berkat para Kompasianer pula saya pernah dinominasikan sebagai Kompasianer Terbaik 2018. Sebelumnya saya pernah diundang sebagai narasumber kegiatan Kompasiana mengunjungi keraton dan Gua Sunyaragi di Cirebon.

Ada pencapaian lain dalam tulisan saya di Kompasiana. Saya pernah mendapat Anugerah Jurnalistik M.H. Thamrin pada 2017 dari Persatuan Wartawan Indonesia di DKI Jakarta. Inilah pertama kali Jurnalisme Warga diakui organisasi profesi kewartawanan.

Banyak tulisan saya pernah dikutip oleh media cetak, media daring, bahkan untuk karya tulis mahasiswa dan dosen. Silakan saja karena tulisan-tulisan saya sudah menjadi milik umum.

Pengalaman lain, salah satu tulisan saya tentang bioskop pada zaman dulu, menjadi bagan dari kumpulan tulisan para Kompasianer tentang perbioskopan.

Dalam masa pandemi Covid ini saya banyak mengikuti webinar atau kegiatan daring. Maka jumlah tulisan pun semakin banyak. Apalagi saya anggap 'menulis adalah terapi kesehatan mental'. Yang jelas, menulis itu mencerdaskan masyarakat dan memperoleh sahabat meskipun di dunia maya. Salam sehat dengan menulis. Bahagia di rumah dengan menulis. Menulis adalah vaksin Covid yang paling manjur.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun