Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Merawat Buku-buku Lama Warisan Kakek, Kebanyakan dari Penerbit Tionghoa

3 Juni 2020   10:10 Diperbarui: 3 Juni 2020   10:15 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku-buku lama yang sudah dibersihkan dengan kuas (Dokpri)

Rupanya kakek saya suka membaca buku-buku macam horoskop, numerologi, palmistri, dan fisiognomi. Ia banyak memiliki buku seperti itu. Tadinya buku-buku itu disimpan oleh tante saya. Namun sejak beberapa tahun lalu, buku-buku itu diserahkan kepada saya. Soalnya ia tahu saya suka membaca dan menulis artikel. Buku-buku itu masih menggunakan bahasa Melayu, cikal bakal bahasa Indonesia.

Saya lihat kakek suka mencantumkan nama dan tanda tangan sekaligus tanggal pada buku-buku yang dibelinya. Dari situ kelihatan kakek mulai membeli buku pada 1930-an sampai 1950-an. Pada masa itu sudah ada beberapa penerbit, seperti Tan Khoen Swie, Ho Kim Yoe, Aquarius, Lie Tek Long, dan beberapa penerbit lain. Kebanyakan di luar Batavia. Tan Khoen Swie di Kediri dan Ho Kim Yoe di Semarang, misalnya. Ada beberapa penerbit dari Batavia. Pada masa itu penerbit Tionghoa amat berperan memajukan dunia literasi.

Dua buku dari penerbit Tan Khoen Swie yang dibeli kakek pada 1951 (Dokpri)
Dua buku dari penerbit Tan Khoen Swie yang dibeli kakek pada 1951 (Dokpri)
Nota

Dari sejumlah buku warisan kakek itu, saya menemukan beberapa 'harta karun'. Pernah saya menemukan uang kertas. Pernah pula nota pembelian buku. Rupanya kakek membeli buku dengan cara memesan lewat pos wesel. Pada nota penjualan saya lihat ada ongkos kirim.

Dari salah satu nota, saya lihat kakek memesan buku Djampi Gaib seharga Rp 4,50 dan Ramalan Pirasat seharga Rp 6. Ongkos kirim Rp 1. Kakek membeli buku pada 1951 dari Toko Soerabaia di Kediri. Toko ini milik Penerbit Tan Khoen Swie. Buku-buku terbitan Tan Khoen Swie memang paling banyak dimiliki kakek.

Nota pembelian buku pada 1951 dari toko Soerabaia di Kediri (Dokpri)
Nota pembelian buku pada 1951 dari toko Soerabaia di Kediri (Dokpri)
Perawatan

Buku-buku lama tentu saja perlu perawatan. Sebelumnya buku-buku itu saya masukkan ke dalam kantong plastik. Tadi saya keluarkan dan angin-angin. Bagian dalamnya saya bersihkan dengan kuas halus.

Terus terang, merawat buku-buku lama relatif sulit. Pertama, karena kertas tidak dapat bertahan untuk jangka waktu panjang. Kedua, tintanya juga kadang blobor. Ketiga, bahaya dari serangga, seperti kutu buku, rayap, dan ngengat. Beberapa buku sudah ada tanda-tanda dimakan serangga. Mungkin sebelumnya tante saya kurang telaten menangani buku.

Cukup lama juga tadi saya bersihkan dengan kuas. Apalagi ada halaman agak kotor karena menggunakan jilid kawat. Karena sudah puluhan tahun, kawatnya berkarat. Buku-buku yang cukup tebal agak aman karena menggunakan jilid benang.

Buku-buku lama ini saya taruh dalam lemari khusus. Untuk meminimalisir serangga, saya letakkan kopi bubuk, cengkeh, dan lada. Ini merupakan pelindungan secara tradisional.

Dalam hal apa pun, mendapatkan jauh lebih mudah daripada merawat. Semoga buku-buku ini masih mampu bertahan lama.***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun