Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Coupon Penukaran, Uang Darurat di Daerah Masa Revolusi Fisik 1947-1949

1 Juni 2020   12:21 Diperbarui: 1 Juni 2020   12:28 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu Coupon penukaran, uang darurat di daerah Jambi (Dokpri)

Setelah kemerdekaan 1945, negara kita pernah dirongrong oleh Agresi Militer I dan II. Akibatnya blokade oleh pasukan Belanda terjadi di mana-mana. Belanda kembali ke sini karena tidak mengakui kemerdekaan Indonesia. Karena itulah kemudian banyak provinsi, kabupaten, kawedanaan, dan lain-lain diberikan kewenangan oleh pemerintah pusat untuk menerbitkan mata uang sendiri.

Uang revolusi fisik atau ORIDA (Oeang Repoeblik Indonesia Daerah) dikenal pada pada masa 1947-1949 di Jawa dan Sumatera. ORIDA yang kemudian menjadi URIDA memiliki berbagai nama sesuai nama daerah, misalnya URIPS (Uang Republik Indonesia Provinsi Sumatera), Uang Kertas Darurat untuk Daerah Banten, Surat Tanda Penerimaan Uang, Bon, Coupon Penukaran, Mandat, dan beberapa nama lain.

ORIDA, begitulah nama umumnya, dibuat dari kertas sederhana, seperti kertas tulis, kertas kopi, dan kertas singkong. Pencetakan pun dilakukan sederhana. Ada yang distensil, ada yang ditik manual. Yang jelas, tetap ditandatangani dan distempel oleh otoritas berwenang. Beberapa tulisan saya tentang ORIDA bisa dilihat pada  Artikel 1, Artikel 2, dan Artikel 3.

ORIDA untuk daerah Sumatera Utara, palsu lama (Dokpri)
ORIDA untuk daerah Sumatera Utara, palsu lama (Dokpri)
Rendah

Sampai kini sulit diketahui secara pasti berapa jumlah ORIDA yang pernah beredar. Yah dimaklumi karena kemampuan dokumentasi masyarakat kita masih rendah. Tapi diperkirakan lebih dari 300 ORIDA pernah ada. Beberapa waktu lalu para numismatis telah menerbitkan buku ORIDA. Tentu bisa sebagai pegangan.

Saya mulai mengoleksi ORIDA sekitar 1990. Saya beli yang murah-murah saja lewat kegiatan Perhimpunan Penggemar Koleksi Mata Uang (PPKMU). Waktu itu hanya beberapa ribu rupiah selembar.

Sayang belasan koleksi saya itu hancur akibat banjir besar yang melanda Jakarta pada 2002. Mungkin karena terendam selama beberapa hari. Apalagi kualitas kertasnya begitu rendah. Hampir jadi bubuk ketika sudah kering. Sebenarnya dalam numismatik ada istilah repair atau memperbaiki, tetapi tetap tidak menolong.

Soal ORIDA sendiri ada yang disebut old fake, ada yang new fake. Old fake adalah palsu lama yang dibuat untuk kepentingan perang urat syaraf antara pemerintah RI dengan pihak kolonial. Sementara new fake atau palsu baru dibuat oleh oknum-oknum tertentu untuk kepentingan mencari keuntungan pribadi. Di luar new fake mulai tercium adanya uang fantasi yang mengatasnamakan ORIDA. Uang fantasi merupakan buatan tangan-tangan terampil dan kreatif. Semoga uang fantasi tidak disalahgunakan untuk menipu atau mencari keuntungan besar.

Selain ORIDA, ada Uang PRRI (Dokpri)
Selain ORIDA, ada Uang PRRI (Dokpri)
Lelang

Kondisi ORIDA yang ditemukan di Indonesia sangat beragam. Ada yang sudah sobek dan kotor. Ada yang sudah terlipat. Bahkan ada yang dimakan rayap. Mungkin karena kakek-nenek atau buyut kita menyimpan uang itu secara sembarangan.

Meskipun demikian masih ada ditemukan ORIDA dalam kondisi bagus. Atau dalam istilah numismatik memiliki grade tinggi. Tidak jarang ORIDA yang ditemukan hanya satu lembar. Numismatis menyebutnya dengan kode RRRR atau super Rare, amat langka. Biasanya kalau ada koleksi yang ditemukan berjumlah 1-2 disebut RRRR, 3-5 lembar disebut RRR, 6-9 disebut RR, dan 10-20 disebut R.

Boleh dibilang koleksi dengan grade tinggi hanya dimiliki oleh numismatis kelas paus. Koleksi itu dibeli lewat balai lelang internasional. Numismatis kelas kakap pun kadang memiliki koleksi yang mahal.

Jejak ORIDA masih diketahui lewat mesin-mesin cetak yang dikoleksi beberapa museum, seperti Museum Bengkulu, Museum Banteng Vredeburg, dan Museum Uang Sumatera. Semoga kita masih mendapati ORIDA dan sejenisnya, termasuk narasi, untuk melengkapi apa yang sudah ada.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun