Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bahder Djohan Pernah Menjadi Presiden Universitas Indonesia

15 Oktober 2019   18:05 Diperbarui: 15 Oktober 2019   18:08 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pameran Bahder Djohan (Dokpri)

Dulu di Indonesia ada dua presiden. Pertama, Sukarno sebagai Presiden Republik Indonesia. Kedua, Bahder Djohan sebagai Presiden Universitas Indonesia. Bahder menjabatnya pada 1954-1958. Ternyata istilah Presiden Universitas Indonesia identik dengan Rektor Universitas Indonesia.

Begitulah informasi yang saya dapat dari Pameran "Bahder Djohan, Tokoh Nasionalis dan Pengabdi Kemanusiaan" di Museum Sumpah Pemuda. Pembukaan pameran dilakukan pada Selasa, 15 Oktober 2019 oleh Ibu Huriyati, mewakili Direktur Sejarah. Sebelumnya Kepala Museum Sumpah Pemuda Ibu Umi memberikan laporan. Pameran berlangsung hingga 15 November 2019.

Para undangan sedang menikmati pameran (Dokpri)
Para undangan sedang menikmati pameran (Dokpri)
Sumpah Pemuda

Dari pameran yang berlangsung di bagian belakang museum, diketahui Bahder Djohan lahir pada 30 Juli 1902 di Lubuk Begalung Padang, Sumatera Barat. Pada 1908 ia mulai mengikuti pendidikan di Padang, lalu pada 1910 pindah ke Payakumbuh. Setelah itu pindah lagi ke Bukittinggi (1913) dan ke Padang (1915). Bahder sempat mengikuti pendidikan di HIS dan MULO.

Lulus dari MULO, Bahder melanjutkan ke sekolah dokter STOVIA di Weltevreden atau Batavia. Sejak di MULO itu Bahder sudah mengenal Jong Sumatranen Bond (JSB), organisasi pemuda yang didirikan pada 9 Desember 1917.

Sebagai anggota JSB, Bahder mengikuti Kongres Pemuda pertama 30 April 1926-2 Mei 1926. Bahder menyampaikan pidato "Kedudukan kaum wanita dalam masyarakat Indonesia".  

Pameran dilengkapi audio-visual (Dokpri)
Pameran dilengkapi audio-visual (Dokpri)
Palang Merah

Terlihat dari panel pameran, Bahder lama mengabdikan dirinya di Palang Merah Indonesia (PMI). Pada 5 September 1945 Bahder diangkat menjadi Sekretaris Panitia Palang Merah Indonesia. Saat pemerintah Belanda membubarkan NERKAI (Nederlandsche Rood Kruis Afdeeling India), aset NERKAI diserahkan kepada PMI. Saat itu Bahder mewakili PMI.

Mengingat prestasinya, Bahder diangkat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan pada Kabinet Natsir (1950) dan Kabinet Wilopo (1952). Pada 1950 Bahder juga merangkap sebagai Direktur CBZ, sekarang RSCM.

Bahder meninggal di Jakarta dalam usia 78 tahun. Ia dimakamkan di Tanah Kusir. Sebagai bentuk penghargaan atas jasanya, Bahder dianugerahi beberapa Bintang Jasa, antara lain Tanda Kehormatan Bintang Jasa Pratama (1980) dan Bintang Mahaputra Utama (1995).

Sebenarnya masih banyak cerita tentang Bahder Djohan. Kunjungi saja pamerannya yah. Museum Sumpah Pemuda beralamat Jalan Kramat Raya No. 106, Senen, Jakarta Pusat. Silakan cari informasi lewat laman, Facebook, Twitter, dan Instagram. Silakan cari museumsumpahpemuda. Generasi milenial pasti bisa kok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun