Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Warisan Kerajaan Majapahit dari Abad ke-14 untuk Bangsa Kita

30 Agustus 2019   12:02 Diperbarui: 30 Agustus 2019   12:15 1356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembicara sesi 1, yakni Pak Sutarto, Pak Pungkas, dan Pak Agus Aris (Dokpri)

Pak Muhadjir suka baca buku sejarah sejak kecil karena kebetulan ayahnya kepala sekolah dan langganan majalah bahasa Jawa. Menurut beliau,  problem kita dalam diskusi sejarah adalah masalah objektivitas.  Pak Muhadjir berujar, kita meneladani sejarah secara timpang, karena seperti tidak mau belajar dari sejarah konflik itu agar tidak berulang.

Sebelumnya Pak Hendardji mengharapkan nilai-nilai yang dimiliki Kerajaan Majapahit di masa lalu itu dapat menjadi inspirasi bagi seluruh komponen bangsa menghadapi tantangan masa depan untuk Indonesia yang lebih baik.

Ekskavasi arkeologi di Trowulan harus berpacu dengan pembuat batu (Foto: Watty Yusman)
Ekskavasi arkeologi di Trowulan harus berpacu dengan pembuat batu (Foto: Watty Yusman)

Kearifan lokal

Plt. Bupati Mojokerto Bapak H. Pungkasiadi  menjelaskan bagaimana upaya pemerintah daerah melestarikan kearifan lokal yang menjadi warisan Kerajaan Majapahit. Misalnya menunjang kegiatan pelestarian seni dan budaya daerah, melestarikan spirit Majapahit sebagaimana tercermin pada pakaian dinas, dan mengadopsi arsitektur Majapahit.

Para pengrajin Trowulan juga masih mempertahankan seni asli pahat patung dan pembuatan gerabah. Berbagai replika atau miniatur patung-patung kuno---baik terbuat dari batu maupun logam---banyak diproduksi untuk kepentingan wisatawan.

Saat ini Pemerintah Kabupaten Mojokerto telah menyusun rencana pembangunan taman Majapahit sekitar 11 hektar. Nantinya Trowulan akan menjadi museum terbuka.

Hasil ekskavasi arkeologi di situs Trowulan (Foto: Watty Yusman)
Hasil ekskavasi arkeologi di situs Trowulan (Foto: Watty Yusman)

Trowulan

Pemaparan pemakalah lain langsung saja lihat aslinya yah, sebagaimana saya sertakan link di atas. Sekarang saya ingin bercerita sedikit bahwa nama Trowulan sudah lama disebut-sebut. Menurut informasi yang saya baca, sejak 1960-an sudah terjadi pengrusakan besar-besaran di sana. Maklum masalah perut. Di kawasan Trowulan ini terdapat banyak kepurbakalaan yang berbahan bata merah. Nah, karena tidak memiliki keterampilan lain, para penduduk membuat semen merah dari bata-bata yang diambil dari dalam tanah. Bata-bata ini mereka gerusi sehingga menjadi bubuk. Tentu mereka dapat upah.

Belum lama ini beberapa orang terlihat sedang mengangkuti bata-bata merah dari dalam tanah ke atas truk. Ternyata bata-bata kuno itu hendak mereka jual karena harganya lumayan. Nah karena ketahuan oleh komunitas peduli Majapahit, masalah tersebut sempat viral di media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun