Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Politik Identitas dalam Karya Porselen dan Akrilik

20 Mei 2019   15:20 Diperbarui: 20 Mei 2019   19:38 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pameran porselen dan akrilik di Galeri Nasional (Dokpri)

Dari kejauhan piring porselen itu tampak bergambar naga. Namun bila didekati, ada beberapa tulisan pada gambar naga tersebut. Begitulah kalau mengamati benda seni. Bukan hanya piring porselen. Berbagai benda seni lain juga dipamerkan, antara lain cangkir dan hiasan.

Masuk ke ruangan lain ada foto yang dipajang pada akrilik. Akrilik tersebut dilengkapi gambar harimau, naga, dan sebagainya. Lampu sorot yang mengena pada akrilik menimbulkan gambar lebih besar pada tembok.

Begitulah suasana pameran dua seniman wanita, Bibiana Lee dan Indah Arsyad di Galeri Nasional Indonesia. Pembukaan pameran bertajuk "id : Sengkarut Identitas" itu dilakukan pada Minggu, 19 Mei 2019. Bibiana menampilkan porselen, sedangkan Indah menyuguhkan gambar akrilik. Pameran akan berlangsung hingga 16 Juni 2019.

Merekatkan persoalan bangsa lewat pecahan porselen (Dokpri)
Merekatkan persoalan bangsa lewat pecahan porselen (Dokpri)
Identitas
Dalam sambutannya Kepala Galeri Nasional, Pak Pustanto, mengatakan pameran ini menarik karena menyajikan kolaborasi unik dua orang perupa perempuan yang menyoroti soal politik identitas dari sudut pandang masing-masing perupa yang tentu tak persis sama.

Dalam katalog disebutkan Bibiana mengangkat tema identitas etnis yang menjadi latar belakang dirinya. Sebagai perempuan keturunan, dia mengalami dua perkara identitas, keperempuanannya dan sebagai warga minoritas.

Karya Bibiana bertema Porselen Cina Peranakan. Tampilannya polikrom, dengan hiasan warna-warni cukup mencolok yaitu kuning, hijau, dan merah muda.

Porselen peranakan didatangkan dari Cina, tepatnya daerah Jingdezen dan khusus dibuat bagi komunitas keturunan Cina di Asia Tenggara. Baba-Nyonya Porcelain, begitulah nama lain porselen peranakan, merepresentasikan budaya Cina dengan budaya lokal.

Karya Bibiana menggunakan teks tertulis sebagai tulisan, biasanya ditampilkan sebagai rim atau hiasan pinggiran piring. Ada juga teks yang disamarkan sebagai hiasan dalam piring. Tulisannya sukar dibaca, tentu mengandung filosofi sebagai ajakan bagi pengunjung untuk memiliki usaha dan kemauan dalam 'memahami' persoalan mengenai politik identitas yang merupakan persoalan laten dalam kehidupan sosial politik di Indonesia.

Teks dalam karya porselen (Dokpri)
Teks dalam karya porselen (Dokpri)
Personal
Karya Indah juga tentang politik identitas, namun lebih personal. Indah mempersoalkan identitas dirinya yang lahir dari percampuran antaretnis: Jawa dan Ambon. Ia tumbuh di kota besar. Semua karya Indah diberi judul Butterfly atau Kupu-kupu. Ini mengingat setelah bermetamorfosa, kupu-kupu menjadi cantik.

Yang menarik, sosok utama dalam karya Indah merupakan citraan fotografi. Salah satu tokoh, ia peroleh dari kegiatan 212 lalu. Tentu setelah minta izin kepada yang bersangkutan. Pada prinsipnya figur-figur yang ditampilkan dari beragam latar belakang, dengan perbedaan sosial, budaya, ekonomi, dan agama. Keragaman figur tersebut menandai pluralitas dalam masyarakat Indonesia yang multikultur.

Karya Indah Arsyad (Dokpri)
Karya Indah Arsyad (Dokpri)
Memilih
Pameran dibuka oleh Prof. Melani Budianta dari UI. Kalau bisa memilih tentu seseorang tidak mau dilahirkan sebagai etnis minoritas, begitu kata ibu Melani. Pembukaan pameran ditandai dengan penyambungan bagian-bagian piring porselen yang pecah. Ini identik dengan merekatkan bangsa, katanya. Pameran "id : Sengkarut Identitas" dikuratori oleh Pak Asmudjo Jono Irianto.

Mari kita mengapresiasi karya-karya langka mereka. Galeri Nasional Indonesia memiliki ruang untuk pameran tetap karya pelukis-pelukis ternama seperti Basoeki Abdullah dan Raden Saleh. Juga ada pameran temporer lain. Jadi pengunjung memiliki banyak kesempatan dan pilihan.

Galeri Nasional Indonesia mudah dicapai dengan transportasi umum. Lokasinya di Jalan Medan Merdeka Timur 14, di seberang stasiun kereta api Gambir dan di sebelah Gedung Kementerian Kelautan dan Perikanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun