Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Permainan Tradisional Hampir Hilang Karena Teknologi

30 April 2019   18:55 Diperbarui: 30 April 2019   18:58 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mainan dari barang bekas (Dokpri)

Suasana meriah terjadi di Museum Nasional yang populer disebut Museum Gajah. Di halaman gedung, parkir beberapa bus yang membawa rombongan. Di bagian dalam lain lagi suasananya. Ruangan lobi kaca dipenuhi banyak tamu. 

Mereka ingin menyaksikan upacara penutupan Pekan Hari Pendidikan Nasional 2019 sekaligus puncak kegiatan menyambut ulang tahun Museum Nasional. Usia Museum Nasional sudah 241 tahun, tepatnya pada 24 April lalu. Pendiriannya didasarkan pada lahirnya Museum van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Museum van het BGKW) pada 1868. Sebelumnya pada 1778 lahir BGKW yang merupakan organisasi ilmu pengetahuan terbesar di dunia ketika itu.

Puncak kemeriahan diisi berbagai atraksi dan hiburan. Ada Tari Ondel-ondel dan atraksi pencak silat. Ada juga permainan musik tradisional Jepang oleh tiga wanita berkimono. 

Kepala Museum Nasional, Pak Siswanto, ikut berpartisipasi dalam dolanan di atas panggung. Demikian juga Pak Yiyok, Ketua Asosiasi Museum Indonesia Jakarta Raya yang disebut Paramita Jaya. 

Pada akhir acara, panitia membagikan angklung kepada tamu-tamu undangan yang duduk pada tiga baris pertama. Secara bersama-sama, mereka menggoyangkan angklung sebagai tanda kemeriahan penutupan rangkaian acara.

Pertunjukan musik tradisional Jepang (Dokpri)
Pertunjukan musik tradisional Jepang (Dokpri)
Juara mewarnai

Rangkaian acara ultah Museum Nasional diawali pada 23 April berupa diskusi buku. Lihat informasinya pada tautan berikut ini. Selanjutnya ada lomba mewarnai, pentas dongeng, pameran dan workshop permainan tradisional, Museum Nasional Peduli, dan gerak jalan santai.

Pada puncak ultah Museum Nasional sekaligus Pekan Hari Pendidikan Nasional diserahkan hadiah untuk para juara mewarnai, yang umumnya anak-anak tingkat Taman Kanak-kanak. Selain itu diserahkan juga hadiah untuk para juara lomba melukis yang diadakan di Museum Kebangkitan Nasional, 23 April lalu.

Main congklak (Dokpri)
Main congklak (Dokpri)
Permainan tradisional

Di hari terakhir diadakan workshop pembuatan mainan tradisional dan gelar dolanan Nusantara. Beberapa mainan dan permainan tradisional yang ditampilkan antara lain berupa congklak, egrang, dan bakiak. Dari karet, anak-anak diajarkan membuat mobil-mobilan. Bambu merupakan bahan utama.

Sebelumnya pada 24 April memang dibuka pameran permainan tradisional. Mungkin sekarang permainan ini hampir hilang karena perkembangan zaman atau teknologi, antara lain karena masuknya mainan elektronik. Selain itu bahan-bahan baku pembuatan (per)mainan tradisional hampir sulit diperoleh.

Karakteristik permainan tradisional tergolong sederhana loh. Soalnya cenderung memakai atau memanfaatkan alat atau bahan di lingkungan kita. Kita tidak perlu membelinya. Untuk mengasah keterampilan, kita bisa membuat sendiri.

Mainan mobil-mobilan (Dokpri)
Mainan mobil-mobilan (Dokpri)
Permainan tradisional juga melibatkan pemain yang banyak sehingga anak dapat saling bersosialisasi. Yang tidak boleh dilupakan, permainan tradisional memiliki nilai-nilai luhur dan pesan-pesan moral berupa kebersamaan, kejujuran, tanggung jawab, sportivitas, dan taat pada aturan yang berlaku. Semacam fair play pada dunia olahraga sekarang.

Pameran permainan tradisional diselenggarakan di Gedung B. Terpajang beberapa jenis dan bentuk gasing, termasuk gasing yang mengeluarkan bunyi. Ada kelereng dan wayang kertas. Di pojok lain ada bunyi-bunyian dari kaleng bekas yang pada bagian tepinya diikat dua batang bambu kecil. Pelengkapnya adalah karet dan koin atau tutup botol yang bolong di tengahnya. Bila batang kecil jatuh, maka akan berbunyi nyaring. Mainan ini sering menjadi alat pengamanan di rumah.

Memang, perlu upaya pelestarian terhadap permainan tradisional. Kalau tidak, generasi sekarang hanya melihat dari dokumentasi saja. Perlu ada tempat-tempat khusus atau ajang-ajang khusus untuk memperkenalkannya kepada generasi sekarang. Itu tugas berat.

Jangan lupa, dalam rangka Hari Pendidikan Nasional, pada 2 Mei dan 3 Mei gratis masuk Museum Nasional. Manfaatkan kesempatan untuk melihat sambil mengagumi benda-benda budaya tinggalan nenek moyang kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun