Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menjelang Proklamasi, Rumah Djiaw Kie Siong di Rengasdengklok Ramai Pengunjung

12 Agustus 2018   21:38 Diperbarui: 13 Agustus 2018   20:38 1791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah asli Djiaw Kie Siong di tepi Sungai Citarum (Dokumentasi pribadi)

Ruang tidur pada bagian kiri pernah bocor. Sisa-sisa air masih tampak pada langit-langit. "Saya betulin sendiri aja, kalau nunggu pemerintah lama,' kata Ibu Japto.

Setiap menjelang hari proklamasi, rumah Djiaw banyak didatangi orang. Tadi pagi saja ada beberapa rombongan dari Jakarta dan Bogor. Beberapa pedagang makanan dan minuman memenuhi halaman rumah Djiaw. Mereka mengais rezeki dari kunjungan itu.

Pada prinsipnya rumah Djiaw buka sekitar pukul 09.00-18.00. Maklum, bagian belakang yang menyatu dengan bagian depan sudah diperbaiki, jadi digunakan sebagai tempat tinggal. Bagian belakang sudah tidak asli karena ditembok.

Perhatian pemerintah daerah ternyata masih kurang. Hanya Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi pernah membantu pembuatan gapura kecil di depan rumah. Tadi tampak ramai pernak-pernik bernuansa merah putih. 'Itu dana kami sendiri," kata Ibu Japto.

Pak Rushdy sedang bercerita seputar proklamasi (Dokumentasi pribadi)
Pak Rushdy sedang bercerita seputar proklamasi (Dokumentasi pribadi)
Jas merah

Pak Rushdy Hoesein ibarat mendongeng sejarah proklamasi dalam kumpul di Rengasdengklok tadi. Dia bercerita panjang lebar. Para generasi muda tampak serius mendengarkan.

Pak Rushdy beberapa kali bilang Jas merah atau jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah. Bukan jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Kata Pak Rushdy, meninggalkan berbeda makna dengan melupakan.

Seusai dari rumah bersejarah, para peserta diajak melihat lokasi Sungai Citarum tempat rumah Djiaw pernah berada. Selanjutnya ke Monumen Kebulatan Tekad, yang dulu menjadi markas PETA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun