Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keramik Seni Karya Produktif Perempuan Indonesia

27 April 2018   14:30 Diperbarui: 30 April 2018   21:38 1118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada tiga pasang tangan di dinding. Warnanya berbeda-beda. Tentu saja bukan tangan sungguhan, melainkan hiasan yang terbuat dari keramik. Begitulah karya seni yang dibuat oleh Tisa Granicia pada 2016.

Ada lagi yang diberi judul "Jendela-jendela Gedung". Bentuknya seperti menara dengan ketinggian 21-42 sentimeter. Lima karya terpajang di sana. Semuanya karya Wati Karmojono.

Masih banyak lagi karya unik, hasil olah seni para wanita. Ada 18 seniman keramik berpartisipasi dalam pameran yang bertajuk "Temperature Affect: Seeing Self, Observing Others (Pengaruh Temperatur: Melihat Diri, Mengamati yang Lain)". Pameran tersebut diselenggarakan di Museum Seni Rupa dan Keramik, di kawasan kota tua Jakarta. Pembukaan pameran dilakukan 21 April 2018 lalu dan akan berakhir pada 2 Mei 2018.

Perempuan dengan topi dan bunga (Dokpri)
Perempuan dengan topi dan bunga (Dokpri)
Keramikus perempuan

"Pameran ini diselenggarakan dalam rangka menyambut Hari Kartini 21 April. Karena itu yang ditampilkan para keramikus perempuan," kata Ibu Esti Utami, Kepala Unit Pengelola Museum Seni, yang membawahi Museum Seni Rupa dan Keramik. Penutupan pameran pada 2 Mei 2018.

Menurut kurator pameran, A. Sudjud Dartanto, pameran ini hendak menjawab kelangkaan karya-karya dari keramikus perempuan Indonesia yang berkarya produktif dalam beberapa tahun terakhir. Tentang kata temperatur, Sudjud mengatakan, temperatur adalah diksi yang akrab bagi keramikus. Tanah liat tidak dapat disebut keramik sampai ia dibakar, dan pada akhirnya yang menentukan adalah temperatur suhu bakaran.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Wadah

Keramik, tembikar, atau apapun namanya, telah berkembang sejak lama. Ribuan tahun yang lalu tembikar digunakan sebagai wadah. Begitu pun keramik. Yang membedakan hanyalah bahan dasar. Tembikar dari tanah liat merah, sementara keramik dari tanah liat putih. Dari fungsinya sebagai wadah, perjalanan keramik terus berkembang. Kemudian ada yang menjadikannya sebagai benda hiasan. Bahkan kemudian muncul genre keramik seni.

Dalam ilmu arkeologi, keramik menjadi sumber informasi berharga untuk mengenal kondisi sosial-budaya, bahkan ekonomi dan politik suatu zaman. Sebagaimana prasasti, keramik merupakan artefak yang sangat berharga untuk memberi pertanggalan pada temuan-temuan arkeologi.

Perkembangan keramik seni rupanya tidak bisa dilepaskan dari seni rupa kontemporer. Apalagi di ranah akademi, mana kala para pengajar seni lukis dan seni patung, memengaruhi corak seni keramik.

Aneh dan unik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun