Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Koin Purba dari Situs Arkeologi Gunung Padang Berasal dari 4.700 SM?

6 Januari 2018   14:06 Diperbarui: 6 Januari 2018   14:50 3172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih ingat situs arkeologi Gunung Padang di Jawa Barat yang menjadi bahan perbincangan hangat  karena penelitiannya dianggap kontroversial? Penelitian situs itu dilakukan pada 2013-2014 secara geologis, bukan arkeologis, oleh tim bentukan presiden terdahulu. Yang membuat kontroversial antara lain tafsirannya yang terburu-buru, ingin mencari beberapa gerbong emas yang terkubur dalam piramida, dan laporan keuangan tim yang tidak beres.

Salah satu temuan yang dianggap penting adalah "koin purba". Koin itu ditemukan pada kedalaman 11 meter di bawah permukaan tanah, yang kemudian terangkat ke permukaan bersama material pengeboran. Uniknya, sumber lain mengatakan koin tersebut ditemukan di parit yang dibuat tim pengeboran sekitar empat meter dari mesin bor. Nah loh mengapa ada perbedaan? Jelas karena yang melakukan kegiatan bukan arkeolog, jadi tidak ada perekaman ilmiah.

Sisi muka koin 1/2 cent (Dokpri)
Sisi muka koin 1/2 cent (Dokpri)
Mengada-ada

Warna koin tersebut hijau kecoklatan. Melihat gambarnya, tampak tanda-tanda korosi atau karat. Ukuran koin sangat kecil, berdiameter 17 milimeter. Fisik koin sudah sangat berkarat. Namun masih bisa diidentifikasi, antara lain menyerupai relief tradisi Suku Maya dan kalender Sunda Wiwitan. Begitulah kata tim tadi, yang dianggap mengada-ada oleh tim arkeologi.

Selanjutnya tim kepresidenan itu membawa temuan "koin misterius" ke Laboratorium Metalurgi UI. Dikatakan, hasil analisis menunjukkan koin dominan mengandung unsur tembaga. Unsur kecil yang ada besi, timbal, dan nikel.  Dari situ tim kepresidenan menyimpulkan koin bukan berfungsi sebagai alat tukar melainkan semacam amulet atau jimat. Mereka juga memperkirakan koin berasal dari masa 5.200  SM. Bahkan ada yang menyebut 4.700 SM.

Namun pendapat tersebut dibantah beberapa arkeolog. Alasan mereka, koin tersebut tidak banyak perbedaan dengan koin masa Hindia-Belanda. Tampak aksara Arab Melayu pada bagian tengah. Di luarnya terdapat aksara Jawa Baru. Semua berpendapat koin itu berasal dari masa 1945.

Sisi belakang koin 1/2 cent (Dokpri)
Sisi belakang koin 1/2 cent (Dokpri)
Koin Cent

Kalau melihat ukuran koin, kemungkinan besar memang koin Hindia-Belanda. Setahu saya, koin yang memiliki diameter 17 milimeter adalah koin cent. Saya coba telusuri lewat buku Standard Catalog of World Coins terbitan 1991.

Pertama kali koin diterbitkan pada 1855, namun masih berupa proof atau cetakan percobaan. Selanjutnya diterbitkan berturut-turut pada 1856 hingga 1860. Entah mengapa, katalog menyebutkan uang itu terbit lagi pada 1902, 1908, dan 1909. Berarti selama 42 tahun ada kekosongan penerbitan. Menurut katalog itu, semua koin berbahan tembaga.

Selanjutnya koin cent terbit lagi pada 1914, 1916, 1921, 1932, dan 1933. Namun bukan lagi dari tembaga tapi perunggu. Untuk keamanan, pada koin dilengkapi mintmaster's mark (mungkin semacam tanda air pada uang kertas) berupa sea horse (kuda laut).

Setelah itu terbit lagi pada 1933 hingga 1939 dan 1945. Kali ini menggunakan mintmaster's mark (tanda khusus) berupa grapes (anggur). Koin terbanyak berasal dari masa 1945. Sebanyak 400.000 keping dicetak untuk kebutuhan masyarakat.

Memang masih ada teka-teki belum terjawab dari koin ini. Benarkah ini koin cent dan bagaimana bentuk baru setelah pembersihan karat. Pertanyaan selanjutnya, bagaimana koin ini bisa masuk ke dalam tanah.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun