Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Melihat Koleksi Mata Uang Langka di Museum Negeri Bengkulu

29 November 2017   07:17 Diperbarui: 29 November 2017   21:48 3531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Uang darurat di Bengkulu koleksi Museum Negeri Bengkulu (Dokpri)

Di Indonesia terdapat dua jenis museum, yakni museum umum dan museum khusus. Museum umum memiliki berbagai tema di dalam ruang pameran. Dulu disusun berdasarkan sepuluh jenis koleksi, antara lain biologika, geologika, keramologika, numismatika/heraldika, arkeologika, historika, etnografika, dan teknologika. Museum Negeri Provinsi biasanya berkategori museum umum.

Museum khusus sering kali hanya menampilkan satu jenis koleksi. Misalnya saja Museum Wayang, Museum Tekstil, dan Museum Uang. Museum khusus terdapat di berbagai provinsi.

Bagian belakang uang Bengkulu (Dokpri)
Bagian belakang uang Bengkulu (Dokpri)
URIDA

Saya cukup tertarik melihat koleksi numismatik di tiap daerah. Menurut pengamatan, koleksi numismatik yang dipamerkan tidaklah istimewa. Soalnya, tiap daerah menampilkan koleksi yang relatif sama. Koleksi bergambar Presiden Soekarno umumnya ada di semua museum. Pokoknya pada bagian Numismatika ada koleksi uang dari Nusantara dan luar Nusantara, baik uang kertas maupun uang logam (koin).

Boleh-boleh saja museum menampilkan koleksi demikian. Namun alangkah baiknya setiap museum daerah menyajikan koleksi ORIDA atau URIDA (Oeang Repoeblik Indonesia Daerah yang kemudian berubah menjadi Uang Republik Indonesia Daerah). Perlu diketahui, secarik kertas yang ditandatangani oleh pejabat berwenang di daerah, memiliki berbagai sebutan, antara lain mandat, mandat sementara, coupon penukaran, dan bon.

URIDA merupakan uang darurat yang dikeluarkan setiap kawedanaan, karesidenan, atau kabupaten. Belum lagi oleh daerah militer. Maklum, waktu itu terjadi Agresi Militer I dan Agresi Militer II oleh pemerintahan kolonial. Jadinya uang resmi yang disebut ORI atau URI sulit didistribusikan ke berbagai daerah karena blokade tentara Sekutu. Maka kemudian dibuatkan surat yang menyatakan  setiap daerah diberikan wewenang untuk mencetak mata uang sendiri.

Beberapa koleksi numismatik di Museum Negeri Bengkulu (Dokpri)
Beberapa koleksi numismatik di Museum Negeri Bengkulu (Dokpri)
Mengingat keterbatasan teknologi, yang dicetak rata-rata berupa uang kertas. Saat ini yang disebut uang daerah atau uang revolusi fisik masa 1947-1949, relatif sulit dicari. URIDA berlaku hingga 1950 saat diedarkan uang RIS (Republik Indonesia Serikat).

Namun saya lihat koleksi URIDA banyak diperdagangkan dalam situs lelang internasional ebay. URIDA memperoleh perhatian dari kolektor mata uang atau numismatis. Kemungkinan hingga saat ini terdapat 300-an URIDA yang pernah beredar. Sejumlah numismatis Indonesia membentuk ajang bertukar pikiran di media sosial dengan nama CORE (Club Oeang Revolusi).  

URIDA Bengkulu

Di Museum Negeri Bengkulu saya lihat ada beberapa uang masa revolusi fisik. Memang kondisi uang kurang bagus. Namun biarpun apa adanya, koleksi demikian tergolong langka dan bermanfaat. Masyarakat masa kini jadi tahu mata uang yang pernah beredar di daerah Bengkulu.

Koleksi URIDA Bengkulu ada di ruang pamer dan di tangan kurator. Saya rasa, koleksi seperti inilah yang perlu ditampilkan di dalam museum. Koleksi URIDA di Bengkulu dan sekitarnya, termasuk Curup dan Rejang, ada lebih dari sepuluh. Kalau belum ada, pihak museum sebaiknya menyediakan anggaran pembelian. Bersyukur kalau ada masyarakat, termasuk numismatis, mau menyumbangkan koleksi uang langka Bengkulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun