Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengapa Perempuan Hebat Selalu Disamakan dengan Kartini, Bukan Dewi Sartika?

25 Oktober 2017   21:14 Diperbarui: 26 Oktober 2017   05:48 5641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seminar tokoh Dewi Sartika (Dokpri)

Dari kiri Kenny, Endang (moderator), dan Wawan (Dokpri)
Dari kiri Kenny, Endang (moderator), dan Wawan (Dokpri)
Ada satu catatan menarik yang dikemukakan oleh Kenny Dewi, Ketua Umum Yayasan AWIKA (Ahli Waris Pahlawan Nasional Dewi Sartika dan Agah Soeriawinata). Dewi Sartika memiliki prinsip hidup demikian: agar bangsa bertambah maju maka kaum perempuannya harus maju pula, pintar seperti kaum laki-laki, sebab kaum perempuan itu akan menjadi ibu. Merekalah yang paling dulu mengajarkan pengetahuan kepada manusia, yaitu kepada anak-anak mereka, laki-laki maupun perempuan.

Universal

Meskipun Dewi Sartika berasal dari Jawa Barat, nama Jalan Dewi Sartika ada di beberapa provinsi. Di Jakarta, Jalan Dewi Sartika ada di kawasan Cawang, Jakarta Timur. Wajah Dewi Sartika juga terpampang dalam bentuk tanda air  uang kertas dan perangko.

Memang, meskipun sezaman nama Dewi Sartika tidak setenar Kartini. Mungkin karena Kartini sering menulis dalam Bahasa Belanda yang kemudian dibukukan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang. Sebaliknya Dewi Sartika tidak pernah berkorespondensi, meskipun ia pernah menulis Boekoe Kaoetamaan Istri.

Beda lainnya, tulisan Kartini banyak memuat gagasan konseptual, sementara tulisan Dewi Sartika lebih banyak bercorak praktis.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun