Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nenek Moyang Orang Indonesia Berdasarkan Teori "Out of Africa"

24 Oktober 2017   21:42 Diperbarui: 24 Oktober 2017   22:20 11238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alat-alat batu dari beberapa situs di Indonesia (Dokpri)

Baru pertama kali Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia bekerja sama dengan Kedutaan Besar Georgia membuat Pameran Bersama dan Kuliah Umum bertema "Prehistoric Heritage".

Kegiatan itu merupakan tindak lanjut dari pertemuan Duta Besar Georgia untuk Indonesia, Zurab Aleksidze, dengan Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, beberapa waktu lalu. Kegiatan bersama itu diselenggarakan di Museum Nasional 24-29 Oktober 2017.

Evolusi manusia

Georgia dan Indonesia memang penting bagi pengetahuan tentang evolusi manusia. Dalam pameran ini Indonesia menampilkan materi-materi yang berasal dari situs-situs hominid di Indonesia, antara lain Sangiran, Trinil, Ngandong, dan Mojokerto. Dari Georgia diwakili fosil-fosil Homo erectus dari situs Dmanisi dalam bentuk cetakan (cast).

Tengkorak yang ditemukan di Georgia (Dokpri)
Tengkorak yang ditemukan di Georgia (Dokpri)
Situs Dmanisi ditemukan pada 1990-an. Sejauh ini merupakan situs tertua di daerah Asia Muka yang berkaitan dengan eksistensi Homo erectus hasil migrasi out of Africa pada 1,8 juta tahun yang lalu. Pertanggalannya sejajar dengan spesimen yang terdapat di Afrika, Eropa, dan Indonesia.

Pidato pembukaan disampaikan oleh Duta Besar Georgia, Zurab Aleksidze dan Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid. Dilanjutkan dengan peninjauan pameran. Selain panel informasi dari kedua negara, ditampilkan pula artefak-artefak yang mewakili periode manusia purba, misalnya serpih, kapak batu, dan tengkorak.  

Kuliah umum

Seusai peninjauan ke ruang pameran, acara dilanjutkan dengan kuliah umum. Pertama, oleh ahli paleoantropologi Georgia, Prof. David Lordkipanidze.  Ia menjabat Direktur Museum Nasional Georgia. Dalam pemaparannya ia menyampaikan mekanisme evolutif yang terjadi sejak awal Plestosen pada 1,8 juta tahun yang lalu, ketika Homo erectus keluar dari Afrika dan bermigrasi ke Eropa, Asia Timur, dan Asia Tenggara.

Dr. Harry Widianto sedang diwawancara sejumlah wartawan terkait manusia purba (Dokpri)
Dr. Harry Widianto sedang diwawancara sejumlah wartawan terkait manusia purba (Dokpri)
Sebagai pimpinan museum, ia dan timnya sering melakukan riset di situs Dmanisi. Hasil ekskavasinya menemukan berbagai tulang binatang dan tulang manusia. Selain itu ada berbagai peralatan yang pernah dipakai manusia. Ada tiga hal yang ditekankan David kepada museumnya, yakni riset, aktivitas, dan publik. Bahkan David menjadikan situs Dmanisi sebagai pusat edukasi untuk masyarakat. "Kebudayaan, seni, dan ilmu pengetahuan harus bersatu," kata David.

Presentasi kedua disampaikan oleh Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Harry Widianto.  Ia menjelaskan jalur migrasi yang disebut out of Africa dan out of Taiwan. Harry juga menjelaskan proses hunian manusia di Kepulauan Indonesia hingga kedatangan Austronesia, Ras Mongoloid yang saat ini menguasai Kepulauan Indonesia di bagian tengah dan barat. Juga tentang Paparan Sahul dan Paparan Sunda.

Selanjutnya dijelaskan tentang tokoh Eugene Dubois dalam melakukan penelitian manusia purba di Jawa. Tipikal Homo erectus Jawa, menurut Harry, terdapat di Sangiran. Banyak fosil tengkorak ditemukan di sana.

Duta Besar Georgia dan Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid dalam pameran (Dokpri)
Duta Besar Georgia dan Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid dalam pameran (Dokpri)
Uraian lain tentang letusan besar Danau Toba yang berpengaruh kepada dunia. Selanjutnya tentang temuan-temuan di Gua Braholo, Gua Song Terus, Gua Babi, dan Gua Tengkorak.

Bicara manusia purba memang harus dilihat dua teori besar, yakni out of Africa dan out of Taiwan. Jadi orang Indonesia sekarang bukan penduduk asli, tetapi pendatang berdasarkan dua teori itu. Meskipun sekarang ada berbagai etnis, nenek moyang mereka tetap sama. Karena kawin campur dan iklim, mereka jadi berbeda warna kulit.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun