Dibandingkan beberapa tahun lalu, sejak Ahok menjadi gubernur, saya alami kualitas bus TransJakarta semakin baik. Sebelum ini, waktu kedatangan bus bisa mencapai 30 menit bahkan 45 menit. Bahkan lebih dari satu jam manakala terjadi kemacetan yang luar biasa.
Dulu, kondisi bus TransJakarta pun kurang bagus. Pendingin udara sering tidak menyala, sehingga para penumpang kepanasan. Apalagi pada jam kerja. Ketika itu penumpang berdesak-desakan ibarat ikan sarden. Yang lebih apes, jika kita sedang terburu-buru, malah bus mogok.
Boleh dibilang sejak 2015 kualitas dan kuantitas bus TransJakarta patut diacungi jempol. Kendaraan buatan Eropa mulai memenuhi jalan-jalan ibu kota. Ditambah dengan bus-bus bantuan Kementerian Perhubungan. Sekarang ini waktu tunggu bus TransJakarta paling lama sepuluh menit. Bahkan, kita dapat melihat waktu kedatangan bus lewat layar televisi yang tersedia.
Adanya Kartu Integrasi pada jurusan-jurusan tertentu, juga menambah kenikmatan menaiki bus TransJakarta. Kartu Integrasi di daerah saya mulai dikeluarkan Mei 2017. Dengan membeli kartu tersebut seharga Rp15.000, kita bisa menaiki angkot tertentu yang berstiker secara gratis. Meskipun hanya berlaku pada pukul 05.00-09.00 dan pukul 16.00-20.00, buat karyawan atau pelajar yang beraktivitas setiap hari, tentu saja bisa menghemat biaya transportasi.
Namun ada yang perlu diperhatikan oleh manajemen TransJakarta. Sistem antre untuk menunggu bis, saya nilai belum bagus. Calon penumpang seakan bertumpuk di pintu. Sering kali yang datang belakangan, justru bisa naik terlebih dulu.
Budaya disiplin di negara kita jelas masih lemah. Saling serobot sering kita lihat di mana-mana. Mereka yang datang belakangan, bisa masuk terlebih dulu. Ini bukan rahasia lagi, sehingga timbul keributan di antara sesama penumpang.
Saya ingat beberapa bulan lalu, saya pernah membaca di media sosial Facebook. Entah siapa yang mula menulis. Isinya kira-kira begini, "Kami tidak khawatir jika anak-anak tidak pandai Matematika. Kami jauh lebih khawatir jika mereka tidak pandai mengantre".
Menurut guru di Australia itu, kita hanya perlu melatih anak selama tiga bulan untuk bisa Matematika. Sebaliknya, perlu waktu 12 tahun atau lebih untuk bisa mengantre.