Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gasing: Permainan Tradisional Nusantara yang Perlu Dilestarikan

14 Februari 2017   06:31 Diperbarui: 14 Februari 2017   09:16 14092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Permainan gasing (Foto: gasingindonesia.wordpress.com)

Permainan modern semakin menjamur. Anak-anak di perkotaan bahkan pedesaan, banyak menyukai permainan canggih ini. Tak ayal, banyak permainan tradisional yang pernah digemari di bumi Nusantara, semakin tergusur keberadaannya. Mungkin kalau tidak segera dilestarikan, akan punah sedikit demi sedikit.

Di antara sejumlah permainan tradisional, gasing termasuk paling populer. Gasing merupakan permainan untuk kaum laki-laki. Gasing terdapat di mana-mana. Berbagai daerah banyak memiliki permainan gasing dengan ciri khasnya masing-masing.  

Gasing sering diasosiasikan dengan permainan anak-anak. Padahal, banyak remaja dan orang dewasa sering memainkan gasing. Gasing adalah mainan yang bisa berputar pada poros karena faktor keseimbangan pada suatu titik. Diperkirakan gasing merupakan mainan tertua di dunia. Artefak ini  banyak ditemukan pada berbagai situs arkeologi di banyak negara. Sejauh ini dapat dikatakan gasing merupakan permainan yang bersifat universal, dalam arti ada di berbagai kebudayaan dunia.

Gasing tradisional dibuat dari kayu,  dimainkan menggunakan tali, yang umumnya berasal dari kulit pohon.  Sementara gasing modern terbuat dari plastik atau bahan-bahan sintetis, dimainkan menggunakan tali nilon atau benang bol.  Panjang tali gasing berbeda-beda, tergantung pada ukuran gasing dan panjang lengan orang yang memainkan.

Bahan pembuatan gasing biasanya bagian terkuat dari kayu yang terletak pada bagian tengah atau bagian akar. Jenis-jenis kayu itu, antara lain Menggeris, Pelawan, Kayu Besi, Leban, Mentigi, dan sejenisnya. Penggunaan jenis kayu tentu saja sangat dipengaruhi faktor geografis atau daerah. Pembentukan kayu menjadi sebuah gasing umumnya menggunakan peralatan tradisional berupa parang, golok, pisau, pecahan beling, dan ampelas.

Gasing dari Nusantara (Foto: gasingindonesia.wordpress.com)
Gasing dari Nusantara (Foto: gasingindonesia.wordpress.com)
Beberapa daerah mengenal gasing dari bambu. Gasing jenis ini bukan golongan adu kuat, tapi adu bunyi. Irama gasing bambu kadang-kadang merdu, bahkan sering kali memekakkan telinga. Umumnya cara memainkan gasing bambu adalah dengan cari ditarik, melalui sebuah alat bantu dari potongan bambu. Demikian yang saya baca di https://gasingindonesia.wordpress.com.

Gasing modern disebut beyblade. Bahannya dari plastik, dilengkapi magnet sebagai pemancing gerakan. Untuk memutar kencang, digunakan alat pelontar atau plastik bergerigi yang dimasukkan ke dalam lubang. Plastik tersebut berfungsi sebagai pemutar roda gerigi yang terpasang di poros beyblade. 

Tanah datar   

Gasing dimainkan dengan cara dilempar atau ditarik, selalu berputar untuk beberapa saat. Lama waktu berputar sangat tergantung kepada keterampilan si pemain. Interaksi bagian kaki (paksi) dengan permukaan tanah membuat gasing bisa tegak. Setelah gasing berputar tegak untuk sementara waktu, momentum sudut dan efek giroskopik berkurang sedikit demi sedikit hingga akhirnya bagian badan terjatuh secara kasar ke permukaan tanah. Gasing yang baik dapat berputar dengan lancar dan enak dilihat.  Bahkan pemain yang terampil mampu membuat gasing berputar di atas ujung jarinya.

Permainan gasing biasanya menggunakan tempat di pekarangan rumah atau tanah lapang yang kondisi tanahnya keras dan datar. Permainan ini dapat dilakukan secara perorangan ataupun beregu. Jumlah pemainnya bervariasi, tergantung kebiasaan di daerah tertentu.

Hingga kini, gasing masih tetap populer. Permainan ini banyak ditemukan di sejumlah daerah di Indonesia. Bahkan warga di beberapa provinsi rutin menyelenggarakan kompetisi atau festival gasing dalam rangka promosi pariwisata.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun