Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Toko Buku Obor yang Mampu Bertahan Lebih dari Setengah Abad

23 Oktober 2016   11:59 Diperbarui: 23 Oktober 2016   17:27 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toko Buku OBOR paling awal. Sumber: www.obormedia.com

Beberapa waktu lalu saya beberes buku-buku lama pemberian almarhum tante saya. Dulu tante saya seorang guru. Di mata murid-muridnya dia dikenal sebagai guru yang baik. Murid-murid memanggilnya Ibu Yong. Seingat saya tante pernah mengajar di Jalan Gunung Sahari dan di Jalan Jatinegara Timur. Nah, karena tante saya tahu saya suka baca buku, maka banyak buku dihibahkan ke saya. Apalagi saya seorang arkeolog, yang diharapkan bisa merawat buku-buku tersebut.

Kalau ada waktu senggang, saya bersihkan beberapa buku. Saya bolak-balik halaman demi halaman. Ternyata di antara halaman buku, sering kali terselip nota, kuitansi, kartu trem, dan sebagainya. Benda-benda ini tentu saja saya nilai berharga untuk masa kini.

Beberapa nota kemudian saya posting di media sosial Facebook. Salah satunya nota pembelian buku di Toko Buku Obor. Segera nota Obor mendapat komentar dari banyak orang, termasuk dari keluarga besar Obor. Postingan saya itu ikut disebarkan di fan page Penerbit dan Toko Buku Obor.

Bahkan Romo Agustinus Surianto Himawan membuat narasi untuk fan page tersebut. Narasinya berbunyi demikian:

26 OKTOBER 1959

Sepuluh bulan sebelum kelahiran saya, ada seseorang berbelanja di OBOR, Gunung Sahari 91, Telp 373, Jakarta. Ketika itu, OBOR masih dikelola oleh NV de Toorts yang mengambil alih pengelolaan lembaga ini dari para Bruder Budi Mulia.

Barusan saya menemukan foto bon kontan bernomor seri 006124 yang diunggah oleh Bapak Djulianto Susantio. Dari tulisan yang tertera, nampaknya keluarga Pak Djulianto pada 26 Oktober 1959 membeli 2 buah buku berbahasa Inggris seharga 44 rupiah.

Koleksi yang luar biasa. Sekaligus membuktikan betapa "lembaga tua" ini tahan banting di sepanjang zaman.

Kini, di Jakarta masih adakah lembaga yang lebih tua dari OBOR dengan karya yang konsisten sepanjang zaman...?

Nota Obor 26 Oktober 1959 (Dokpri)
Nota Obor 26 Oktober 1959 (Dokpri)
Terus terang, saya jadi tersanjung. Bahkan terharu karena mampu membuka kenangan lama, tentu saja yang positif dan inspiratif. Dari tulisan Romo Agustinus muncul beberapa komentar. Deni Tri Laksana mengatakan, “Itu bonnya awet banget ya Romo? Puji Tuhan OBOR masih terus menyala. Terima kasih Romo”.

Komentar Mas Deni kemudian ditimpali Romo Agustinus, “ Yesss... luar biasa yah. Berbahagialah kita yang pernah, masih, dan yang akan tetap ambil bagian dalam sejarah panjang ini”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun