Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kilas Balik Penetapan Hari Museum Indonesia 12 Oktober

12 Oktober 2016   08:49 Diperbarui: 12 Oktober 2016   09:35 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah bertahun-tahun memperingati Hari Museum Internasional setiap 18 Mei, mulai 2015 kita memiliki Hari Museum Indonesia setiap 12 Oktober. Pendeklarasian Hari Museum Indonesia dilakukan di Malang, 26 Mei 2015, bertepatan dengan kegiatan tahunan Pertemuan Nasional Museum. Jadi tahun ini merupakan kali kedua kita merayakan Hari Museum Indonesia. 

Tahun ini perayaan Hari Museum Indonesia dilaksanakan mulai 6 Oktober dan berpuncak pada 12 Oktober di Museum Vredeburg, Yogyakarta, dengan berbagai acara untuk keluarga besar museum dan masyarakat. Museum-museum lain, baik museum pemerintah maupun museum swasta, juga merayakan Hari Museum Indonesia. Di TMII Jakarta, puncak perayaan Hari Museum Indonesia dilaksanakan pada 15 Oktober 2016.

Pencanangan Hari Museum Indonesia berawal dari kegiatan diskusi di kantor Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, April 2015. Ketika itu diundang sejumlah narasumber, seperti kepala museum, pemerhati kebudayaan, pemerhati museum, komunitas, dosen, dan asosiasi museum. Masing-masing narasumber mengemukakan tanggal yang dianggap bersejarah bagi dunia permuseuman Indonesia.

Selamat Hari Museum Indonesia 12 Oktober 2016
Selamat Hari Museum Indonesia 12 Oktober 2016
Nunus Supardi, yang pernah menjabat Direktur Purbakala, mengatakan setelah proklamasi kemerdekaan datang gagasan dari sejumlah tokoh, pendiri, dan pemerhati museum untuk menyelenggarakan Musyawarah Museum se-Indonesia pertama di Yogyakarta pada 12-14 Oktober 1962. 

Dalam musyawarah tersebut dihasilkan sepuluh resolusi yang ditujukan kepada pemerintah yang sampai kini masih dipandang relevan. Sepuluh resolusi itulah yang menjadi landasan kerja pemerintah.

Penulis sendiri memberikan usulan lain. Dunia permuseuman Indonesia mengenal seorang tokoh yang berperan sangat besar untuk memajukan museum di seluruh Tanah Air. Tokoh tersebut bernama Moh. Amir Sutaarga. Banyak kalangan sudah menyebut beliau sebagai Bapak Permuseuman Indonesia. Beliau lahir pada 5 Maret 1928.

Mengingat  Hari Pendidikan Nasional setiap 2 Mei menggunakan tanggal kelahiran Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hadjar Dewantara, maka tidak ada salahnya kalau Hari Museum Indonesia juga mengacu kepada tanggal kelahiran Moh. Amir Sutaarga.  

Usulan lain diberikan oleh Prof. Agus Aris Munandar, yakni 9 Maret. Sebenarnya perubahan nama dari Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia dicanangkan pada 29 Februari 1950, namun peresmiannya dilakukan pada 9 Maret 1950.

Sejumlah peserta kemudian mengemukakan pendapat. Beberapa orang mengusulkan sebaiknya perayaan Hari Museum dimulai pada 5 Maret dan berakhir pada 9 Maret. Dalam pemungutan suara, ternyata mayoritas peserta lebih menyetujui usulan Nunus Supardi. Akhirnya 12 Oktober terpilih sebagai Hari Museum Indonesia.

Menumbuhkan Minat Masyarakat

Penetapan Hari Museum Indonesia merupakan salah satu kerja keras Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. Institusi di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini memang menjadi induk dunia permuseuman Indonesia. Pembinaan dunia permuseuman, baik museum pemerintah maupun museum swasta, berada di pundak institusi itu.

Sebenarnya Seminar Hari Museum Indonesia pernah diselenggarakan di Yogyakarta pada 22-23 Mei 2010. Menurut sejumlah tokoh ketika itu, sudah selayaknya permuseuman di Indonesia mempunyai tanggal tertentu yang dapat dijadikan monumen pangkal acuan bermacam aspek kegiatannya. “Sebuah bangsa besar seperti Indonesia yang bersifat multietnik dan multikultur serta banyak memiliki tinggalan budaya, memerlukan adanya Hari Museum,” kata mereka. 

Jalan sehat menyambut Hari Museum Indonesia di Museum Vredeburg, 9 Oktober 2016
Jalan sehat menyambut Hari Museum Indonesia di Museum Vredeburg, 9 Oktober 2016
Diharapkan Hari Museum mampu menggerakkan dan menumbuhkan minat masyarakat untuk mengenal, memahami, mencintai, dan selanjutnya memanfaatkan museum sebagai tempat rekreasi sekaligus sebagai tempat belajar. Juga akan menjadi media untuk memberdayakan keberadaan museum, mengundang partisipasi masyarakat, dan yang lebih penting adalah mengundang perhatian dari para pengambil keputusan.

“Hari Museum itu penting karena di dalamnya terdapat beberapa makna yang dapat dijadikan milik bersama semua insan Indonesia yang beraktivitas di bidang museum,” demikian salah satu butir naskah akademik yang disusun oleh Agus Aris Munandar, Edi Sedyawati, Djoko Suryo, Nunus Supardi, Daud Aris Tanudirjo, dan beberapa nama lain.

Disepakati pula tujuan penentuan Hari Museum adalah menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk semakin mengapresiasi dan menyayangi museum-museum Indonesia, menumbuhkan kebanggaan dan penghargaan terhadap kebudayaan bangsa, serta menumbuhkan pemahaman tentang jatidiri dan kepribadian (karakter) bangsa.

Pemaparan makalah dan masukan dalam Seminar Hari Museum Indonesia 2010 itu, menentukan sejumlah tanggal yang berhubungan dengan sejarah perkembangan museum di Indonesia untuk dijadikan pilihan bagi penentuan Hari Museum. Tiga aspek yang dipandang penting bagi museum-museum Indonesia di masa mendatang menjadi perhatian, yakni pengembangan aspek keilmuan, menumbuhkan kebanggaan secara nasional, dan gagasan orang Indonesia.

Disyaratkan, tanggal tersebut tidak berkenaan dengan pembangunan museum di suatu daerah, tanggal tersebut mengacu kepada masa setelah kemerdekaan sehingga bangsa Indonesia menyadari pentingnya lembaga museum, dan tanggal tersebut secara filosofi dapat dipandang sebagai pengikat dan penyatu berbagai museum di Indonesia karena peristiwa penting yang dikandungnya.

Lima Tanggal

Terpilih lima tanggal yang dinilai paling bersejarah buat dunia permuseuman, yaitu berdirinya Museum Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, sekarang Museum Nasional (24 April 1778), berdirinya Museum Radya Pustaka (28 Oktober 1890), berdirinya Museum Sana Budaya (6 November 1935), pembentukan Urusan Museum, Jawatan Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (24 Desember 1957), dan penyelenggaraan Seminar Hari Museum Indonesia (23 Mei 2010).

Disepakati, tanggal terbentuknya Museum Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Museum Radya Pustaka, dan Museum Sana Budaya dinilai tidak sejalan dengan kriteria. Ketiga museum dibentuk sebelum masa kemerdekaan. Sementara itu penyelenggaraan Seminar Hari Museum Indonesia dipandang tidak memiliki unsur “pengembangan aspek keilmuan” dan “menumbuhkan kebanggaan secara nasional”.

Museum Batik Pekalongan
Museum Batik Pekalongan
Dari kelima pilihan, yang mengandung ketiga kriteria adalah pembentukan Urusan Museum, Jawatan Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan pada 24 Desember 1957. Namun tanggal ini mendapat tanggapan dari banyak peserta pada diskusi lanjutan yang diselenggarakan empat tahun kemudian, 24 Desember 2014. Alasan mereka, 24 Desember menjelang Natal, melewati batas waktu laporan APBN/APBD, dan musim hujan.

Di Indonesia citra museum memang masih belum baik. Pandangan bahwa museum itu kuno, gelap, seram, kotor, dan sepi kerap terjadi di mana-mana. Padahal, di museumlah terdapat segala informasi tentang masa lalu atau perjalanan sejarah sebuah koleksi. 

Masih ada satu kekurangan museum. Harusnya museum menyandingkan koleksi yang sudah ada dengan perkembangan teknologi terbaru. Jadi kekunoan berdampingan dengan kekinian. Sebagai misal Museum Telekomunikasi. Selain telepon engkol, lalu telepon putar dan telepon pencet, museum harus menampilkan alat telekomunikasi seperti pager atau radio panggil dan handphone atau telepon genggam dengan segala kecanggihannya.

Banyak orang menganggap mengelola museum harus berdampak secara komersial. Namun dalam kenyataan sehari-hari, sulit sekali museum memperoleh keuntungan finansial. Yang dicari oleh museum memang bukanlah profit (ekonomi) tapi benefit (manfaat).

Keunggulan sebuah museum sesungguhnya adalah informasi yang disajikan. Setelah itu koleksi yang menjadi daya pikat. Kita harapkan nantinya ada museum yang benar-benar sesuai dengan keinginan masyarakat. Bahkan sesuai dengan tiga pilar permuseuman, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa, mempertegas kepribadian bangsa, serta meningkatkan ketahanan nasional dan wawasan Nusantara.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun