Mohon tunggu...
Djoko Prasektyo
Djoko Prasektyo Mohon Tunggu... -

Penggiat dan Pemerhati masalah sosial kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Money

Mimpikan Singogalih Sebagai Desa Penghasil Jahe Merah

2 Juni 2015   12:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:23 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Mimpikan Singogalih Sebagai Desa Penghasil Jahe Merah

Singogalih adalah salah satu nama desa di wilayah Kecamatan Tarik Kabupaten Sidoarjo. Desa tersebut memiliki tanah pertanian yang cukup subur dan ditunjang oleh sistem irigasi yang cukup baik. Disamping tanah pertanian penduduk setempat juga memiliki tanah tegalan yang dijadikan sebagai sumber tambahan penghasilan. Salah satunya Kusbiyanto, seorang petani muda yang tinggal di wilayah desa Singogalih tersebut.

Saat ini Kusbiyanto tengah tekun menggarab tanah tegalannya dengan tanaman jahe merah. Setidaknya ada 5000 bibit tanaman jahe merah yang telah ia tanam, sejak 5 bulan yang lalu. Diperkirakan sekitar 5 – 6 bulan lagi akan panen.

“ Jahe Merah ini prospeknya kian bagus mas. Sekarang ini tidak hanya kalangan industri saja yang butuh, tetapi masyarakat biasa juga sudah banyak yang butuh, terutama buat jamu, “ terang Yanto, nama panggilan akrab Kusbiyanto,2/6/2015.

Jahe merah merupakan salah satu jenis tanaman jahe yang ada di Indonesia. Ada tiga jenis tanaman jahe yang ada di Indonesia, yaitu jahe emprit, jahe gajah, dan jahe merah. Semuanya permintaan pasarnya cukup bagus, cuman untuk jahe merah persediaan di pasarannya sangat terbatas.  Tanaman Jahe ini adalah jenis tanaman rimpang yang cocok tumbuh di Indonesia. Perawatan gampang dan relatif tahan terhadap serangan penyakit.

Selain pembesaran, Kusbiyanto juga jualan bibit jahe merah, yang dibantu oleh beberapa teman anggota kelompok tani yang didirikannya. Namanya Kelompok Tani “ Bina Karya “.

“ Dibanding jahe yang lain, jahe merah ini memang paling cocok untuk jamu. Saya juga sudah produksi  yang dalam bentuk ekstrak, tapi skalanya masih kecil. Istri saya yang tangani untuk produksinya, “ jelas Kusbiyanto bersemangat, di rumahnya.

Dalam melakukan usaha budi daya tani jahe merah ini, Kusbiyanto dengan kelompok taninya, berharap usaha yang dilakukannya bisa diikuti warga desa lainnya. Dan dia berkeinginan usaha tani jahe merah ini bisa menjadi ikon desanya. Usaha tani yang bisa dilakukan warga desa tidak hanya pembesaran saja, tetapi juga bisa usaha pembibitan. Masih menurut Kusbiyanto, bahwa akhir-akhir ini cukup banyak permintaan bibit, tetapi persediaan bibit tidak ada. “Kalau desa Singogalih banyak yang tanam, peluang seperti itu kan bisa kami ambil, “ terang Kusbiyanto, yang juga Ketua Karang Taruna Kecamatan Tarik Sidoarjo ini.

Pada kesempatan yang sama Djoko Prasektyo, selaku pembina kelompok tani “ Bina Karya “ menerangkan, bahwa untuk sekarang ini pemasaran jahe merah ini tidaklah sulit. Meskipun begitu menurut Djoko, perlu juga dipersiapkan adanya teknologi pasca panen. “ Kalau harga lagi jatuh, biar petani bisa proses sendiri jahe merah ini dalam bentuk ekstrak. Selain harganya lebih mahal, juga bisa langsung dijual ke pasaran. Untuk minuman sehat dan segar, ” terangnya.

Sedangkan untuk harga jual dipasaran menurut Djoko Prasektyo, harga jual rimpang saat ini pada kisaran antara Rp. 10.000 – Rp. 15.000 per kg. “Tergantung dengan kualitas panenan dan jumlah stok yang ada di pasaran, “ terang Djoko. (*)

 

Note : Telah direlease di harian surya, Rabu, 3 Juni 2015.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun