Mohon tunggu...
Djohan Suryana
Djohan Suryana Mohon Tunggu... Administrasi - Pensiunan pegawai swasta

Hobby : membaca, menulis, nonton bioskop dan DVD, mengisi TTS dan Sudoku. Anggota Paguyuban FEUI Angkatan 1959

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Siswanto, dari Bank Sampai ke Koperasi

14 Agustus 2019   10:34 Diperbarui: 14 Agustus 2019   10:44 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Dalam reuni mantan Pemimpin Cabang Bank Umum Nasional (BUN) pada tanggal 3 Agustus 2019 yang lalu, yang diadakan di Resto Agneya, Jakarta, saya sempat bertemu dengan salah seorang mantan Kapala Cabang BUN yaitu Ricardus Siswanto, 62 tahun, yang sebelumnya telah saya kenal baik. 

Siswanto berkarir di BUN mulai tahun 1982 sampai dengan 1998. Pernah menjabat sebagai Pemimpin Cabang Bogor (1991-1994) dan Magelang (1994-1995), auditor (1983-1989) dan terakhir diperbantukan kepada Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sejak 1998 sampai dengan 2005. Kalau BUN tidak dibekukan usahanya pada tahun 1997, mungkin Siswanto telah menjadi salah seorang pejabat teras di perbankan nasional.

Setelah selesai dalam dunia perbankan, tidak berarti selesai pula karirnya. Kemudian ia melanjutkan perjalanan karirnya sebagai Trainer dan Konsultan di PT Rekadesa, sebuah perusahaan Konsultan Keuangan Mikro dan Pemberdayaan Masyarakat, sebagai Trainer dan Konsultan (2008-2018). 

Saat ini ia sebagai Ketua Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Keluarga Bahagia Sejahtera ( sejak 2009-sekarang), Pembina Credit Union KSP Komunitas Tumbuh Bersama (2018-sekarang) dan fasilitator Pusat Koperasi Kredit Bogor Banten (2019-sekarang).

Bukan catatan panjang mengenai karirnya yang menarik perhatian, tetapi pengalaman hidupnya selama berkecimpung dalam dunia koperasilah yang lebih berkenan karena menyangkut kesejahteraan rakyat banyak nun jauh disana, di pelosok tanah air kita.  

PT Rekadesa  melayani bidang keuangan mikro, khususnya perkoperasian meliputi daerah Kalimantan Barat  (Pontianak, Sanggau), Sulawesi (Toraja dan Tomohon), Sumatera Barat (Solok), Jember, Malang, Bantul, Sleman, Serang, Majalengka, Karawang. Layanan utama ditujukan kepada KSP sehingga Siswanto memiliki keahlian khusus dalam bidang KSP.

Menurut Siswanto, pengalaman yang paling berkesan adalah ketika ia melakukan need assessment di kota Kefamenanu, Timor Tengah Utara.Ia melakukan blusukan ke 18 desa  dengan tujuan untuk mencari bentuk lembaga keuangan mikro apakah yang paling tepat untuk para petani di daerah tersebut. 

Dari hasil survei dengan "menggali" kebutuhan petani tersebut ternyata yang paling tepat adalah mendirikan koperasi. Namun, permasalahannya adalah mereka tidak memiliki modal.

Pada waktu itu bertepatan dengan masa Pantang dan Puasa. Dari hasil diskusi dengan para petani, Siswanto dan rekan-rekannya mengetahui kebiasaan mereka (suami isteri) setiap hari adalah "nginang" yang mengeluarkan uang sekitar Rp.8.000,- sampai Rp. 10.000,- Siswanto dan rekan-rekannya menjelaskan bahwa mereka bisa menabung dengan cara menyisihkan Rp.500,-sampai Rp.1.000,-. dari kebiasaan "nginang" tersebut.  

Dengan perhitungan ada 18 desa dengan jumlah penduduk 2.500 orang, maka jika sehari bisa menabung Rp.1.000,- saja, maka akan terkumpul dana sebesar Rp.2,500.000,-per hari. Untuk mengumpulkan uang tersebut dapat menggunakan bambu yang dilubangi, setiap hari masukkan uang ke dalam bambu tersebut. 

Dan kemudian setiap hari Minggu dapat dibawa ke gereja untuk disetorkan ke bendahara koperasi. Selama tiga tahun Siswanto dan rekan-rekannya melakukan pemantauan dan pendampingan. Dari 18 desa , terdapat 10 desa yang disiplin dalam menabung dan mereka berhasil membangun embrio KSP disana hingga saat ini.

Sementara itu, ide pembentukan KSP Keluarga Bahagia Sejahtera (KBS) bermula dari pertemuan keempat Aksi Puasa Pembangunan (APP) pada bulan Maret 2009 di Lingkungan Aloysius Gonzaga dengan sub-tema : "Meningkatkan Hubungan dengan Sesama demi Kesejahteraan Bersama". 

Pada saat sharing terlontar pertanyaan : Apa yang bisa kita lakukan dalam upaya memberikan perubahan bagi sesama ? Dari tidak sejahtera menjadi sejahterra, dari miskin menjadi berkecukupan, dari susah menjadi bahagia, dan seterusnya. 

Dari hasil sharing diperoleh masukan bahwa "charity" untuk membantu masyarakat marginal pada umumnya merupakan kegiatan yang bersifat "sesaat", dan "tidak berkesinambungan". 

Pada saat itulah terlempar sebuah ide untuk membentuk lembaga bisnis atau usaha yang berwatak sosial dan dimiliki banyak orang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas. 

Dari hasil diskusi di antara beberapa peserta yang hadir dalam APP, akhirnya disepakati untuk membentuk KSP yang dianggap paling cocok untuk menindaklanjuti sub-tema yang diusung dalam APP tersebut. Nama KSPnya adalah Keluarga Bahagia Sejahtera (KBS).

Dalam tiga tahun terakhir, mulai 2017 , Siswanto mulai fokus untuk mengembangkan KSP tersebut dengan mengurangi kegiatan ke luar kota. Siswanto mulai mengurus status KSP sehingga menjadi badan hukum. 

Layanan KSP-KBS saat ini meliputi kota Bogor dan Jakarta. Keanggotaan KSP terbuka dan terbatas dalam arti setiap anggota yang masuk harus ada referensi dari anggota lama. Per Juli 2019, total aset KSP baru mencapai Rp. 2,1 milyar dengan jumlah anggota 405 orang. 

Semoga Siswanto dan KSP-KBS nya dapat terus berkembang membangun kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat ke daerah-daerah lain di seluruh pelosok tanah air yang masih digayuti oleh kemiskinan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun