Mohon tunggu...
Djohan Suryana
Djohan Suryana Mohon Tunggu... Administrasi - Pensiunan pegawai swasta

Hobby : membaca, menulis, nonton bioskop dan DVD, mengisi TTS dan Sudoku. Anggota Paguyuban FEUI Angkatan 1959

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Gara-gara Setetes Air, Saya Berobat ke RSUD Jagakarsa

22 November 2018   20:17 Diperbarui: 23 November 2018   06:53 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pada mulanya adalah saya membersihkan botol air minum bermulut lebar yang sudah kelihatan agak kusam. Demikianlah yang terjadi pada tanggal 20 November 2018 yang lalu. Dengan ber"senjata"kan sebuah pembersih yang berbuluh plastik halus, saya menggosok botol tersebut kuat-kuat setelah sebelumnya diisi dengan air sabun cuci piring. 

Tiba-tiba melesatlah sejalur air menuju mata kanan saya. Tak sempat mengelak lagi, mata kanan saya kena percikan air sabun yang meluncur dengan kecepatan tinggi. Setetes air sabun masuk ke dalam mata saya. Rasanya sakit dan pedih luar biasa. Tanpa terasa saya pun menjerit kesakitan dan langsung mencari obat tetes mata "Rohto" yang kebetulan tersedia. 

Tapi rasa sakit dan pedih masih terus terasa. Saya berupaya untuk terus menetesi mata kanan saya tanpa berhasil mengurangi rasa sakitnya. Akhirnya, saya putuskan untuk pergi ke Klinik Restu Ibu, klinik langganan saya sebagai peserta BPJS. 

Untungnya, klinik favorit saya ini buka 24 jam walaupun hari libur, yaitu Maulid Nabi Muhammad SAW waktu itu. Saya pun diperiksa oleh dr Muhammad Nadim, seorang dokter muda yang ramah dan murah senyum. Setelah diperiksa dengan teliti ternyata saya harus dirujuk ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Kedua karena tampaknya terjadi peradangan di mata kanan saya. Saya pun diberi obat untuk meredakan rasa sakit sehingga saya bisa tidur nyeyak walau matanya sedang "meradang".

Dan ketika saya sebutkan akan ke RSUD Pasar Rebo karena pernah berobat kesana, dr Nadim langsung menukas : "Sekarang bapak tidak bisa langsung ke RSUD Pasar Rebo lagi seperti pada dua tahun yang lalu, karena sekarang BPJS yang menentukan seorang pasien akan dirujuk ke RSUD mana. Jadi pasien atau Klinik tidak bisa memilih lagi. " Dan saya pun akhirnya dirujuk ke Klinik Mata di RSUD Jagakarsa, Jl. Moch. Kahfi I No.27 A, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Keesokan harinya sekitar pukul 7.30 saya tiba di RSUD Jagakarsa, yang konon baru tiga tahun statusnya ditingkatkan menjadi RSUD setelah sebelumnya adalah Puskesmas kebanggan Kelurahan Jagakarsa.  

Bangunan rumah sakit ini terdiri dari tiga lantai, lapangan parkir di depan gedung hanya memuat 5 atau 6 kendaraan, termasuk sebuah ambulans. Ruang tunggunya pun hanya muat sekitar 20 atau 30 orang. Ternyata saya datang kesiangan, karena ketika saya mendaftar ke operator mesin pendaftaran,  jatah untuk klinik mata yang berjumlah 20 orang untuk hari itu telah habis sehingga saya harus mendaftar ulang keesokan harinya lagi.

Setiap pasien baru atau lama yang datang akan diberikan nomor sementara untuk kemudian akan ditukar dengan nomor urut masuk setelah data pasien diklasifikasi sebagai pasien lama atau baru dan  klinik mana yang dituju. Lalu seorang operator dari mesin yang mengeluarkan nomor akan berteriak menyebutkan nomor sementara yang dipegang oleh masing-masing pasien. Setelah pasien yang bersangkutan menyebutkan datanya maka mesin itu mengeluarkan nomor antrean dan operator mesin menukarnya dengan nomor sementara yang tadi dipegang oleh pasien tersebut.

Diatas mesin tersebut digantung sebuah layar monitor yang memberikan informasi tentang seluruh klinik yang terdapat dalam RSUD Jagakarsa beserta dengan jumlah pasien maksimum yang mampu ditampungnya. Jika jumlah pasien yang mendaftar telah sampai pada jumlah maksimum, maka pasien berikutnya akan ditolak untuk kemudian harus melakukan pendaftaran ulang pada hari berikutnya, seperti yang terjadi dengan diri saya. 

Sedangkan bagi pasien baru setelah memperoleh nomor antrian harus mendaftar ke meja khusus yang jumlahnya ada empat  yang disebut sebagai "loket". Disini mereka (dan saya juga) harus menyerahkan semua data pribadi sesuai dengan KTP, Nomor BPJS, Surat Rujukan, dll yang dijadikan Medical Record bagi RSUD sekaligus diberikan surat untuk berobat ke klinik sesuai dengan rujukan yang diterima berikut nomor antreannya sekaligus. Semuanya dipusatkan ke lantai tiga, yang terdiri dari stasiun perawat (Nurse Station), Apotek, Poliklinik Psikologi, Klinik Anak, Klinik Gigi, Klinik Penyakit Dalam, Klinik Mata, dan lain-lain. 

Dengan sistem demikian, tidak terjadi antrean panjang, tetapi yang terjadi adalah "kerumunan" pasien di sekitar mesin pengeluar nomor antrean. Tentu operator mesin akan kewalahan kalau jumlah pasiennya ratusan orang. Sementara itu, data mengenai jumlah "kuota" dari masing-masing klinik harus dimutakhirkan (up-dating) secara terus menerus oleh BPJS yang mengatur pasien yang berasal dari Klinik atau Puskesmas sehingga pasien tidak datang ke klinik RSUD yang "kuota"nya telah habis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun