Mohon tunggu...
Djohan Suryana
Djohan Suryana Mohon Tunggu... Administrasi - Pensiunan pegawai swasta

Hobby : membaca, menulis, nonton bioskop dan DVD, mengisi TTS dan Sudoku. Anggota Paguyuban FEUI Angkatan 1959

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sopir Mayat, Sopir Blue Bird

1 Maret 2018   13:50 Diperbarui: 1 Maret 2018   19:35 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setelah menyelesaikan sebuah tugas rutin di Menara Kuningan, Jl. Rasuna Said, saya naik taksi untuk pulang ke rumah di Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Saya berhasil menghentikan sebuah taksi Blue Bird dan segera meluncur. Dalam perjalanan pulang melewati Pasar Minggu yang agak tersendat, terjadilah sebuah perbincangan yang menarik.

Irwansyah adalah nama sopir Blue Bird tersebut. Asal dari Bogor. Sudah berkeluarga . Memiliki empat orang anak, dua orang sudah berkeluarga, yang ketiga masih duduk di bangku SMP dan yang bungsu masih di SD. Saat ini ia akan pulang ke pool taksi Blue Bitrd di Kalibata, Jakarta Selatan. Ia membawa taksi ini sejak kemarin dan hari ini ia harus kembali ke pool. Dan kebetulan arah yang dituju dekat dengan pool taksinya.

Menurut kisahnya, sebelum bergabung dengan Blue Bird, ia adalah pengemudi mobil ambulans yang khusus membawa mayat. Ia melayani Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), RS Duren Sawit, RS Fatmawati, RS Persahabatan dan RS Sumber Waras. Biasanya, mayat yang dibawanya adalah dengan tujuan luar Jakarta, antara lain Surabaya, Bandung, Madura, Kalimantan. Selama dalam perjalanan ia hanya ditemani oleh mayat itu, tanpa ada orang lain. Biasanya, kalau sudah lelah, ia berhenti di SBPU untuk tidur sekitar dua-tiga jam.

Pengalaman yang paling mengesankan adalah ketika terjadi tsunami di Aceh pada akhir tahun 2004 yang lalu. Ia berangkat ke Aceh bersama dengan sopir ambulans lainnya. Rombongan ambulans ini disewa oleh tujuh partai politik (parpol), seingatnya terdiri dari  PDI-Perjuangan (yang menyewanya), Golkar, Demokrat, Gerindra, PAN,  PKS dan Hanura. Masing-masing parpol mengirim enam ambulans. Demikianlah, 42 ambulans melakukan konvoi kemanusiaan ke Aceh melalui jalan darat . Rombongan ini tiba di Aceh setelah menempuh perjalanan selama tiga hari tiga malam. Setiap ambulans diisi oleh dua orang dokter yang akan terjun disana, menyumbangkan tenaganya secara sukarela.

Ternyata setelah tiba di Aceh dan setelah diketahui bahwa ia berasal dari Jakarta, malah ia diperintahkan untuk tinggal di sebuah mushola sedangkan ambulansnya di gunakan oleh para relawan yang lebih mengenal medan Aceh yang sedang mengalami musibah luar biasa itu. Namun, ia tidak tinggal diam saja, Irwan pun ikut terjun langsung membantu korban tsunami yang berada di sekitarnya. 

Karena sudah terbiasa membawa mayat, maka ia ikut mengangkat mayat-mayat yang bergelimpangan, bahkan yang sudah dikerumuni oleh belatung karena lama tak ada yang mengangkatnya. Mungkin bagi orang lain, hal ini sangat menjijikkan dan mengerikan, namun, dengan keyakinan penuh dan ikhlas, sambil berdoa, ia melakukannya sekuat tenaga.  Ia merasakan betapa menderitanya penduduk Aceh pada saat itu.

Setelah selama 20 hari bergelimang lumpur dan tumpukan mayat, akhirnya, tim kemanusiaan yang disponsori oleh tujuh parpol ini kembali ke Jakarta dengan tim yang sama dengan pengalaman yang sama pula. Mengerikan namun melegakan karena telah berhasil menyumbangkan tenaganya sesuai dengan missi yang diembannya.

Namun bagi Irwansyah masih ada kelanjutannya. Setelah kembali dari Aceh, awal 2005, ia melanjutkan karirnya sebagai sopir ambulans melayani pengantaran mayat dari kelima rumah sakit seperti tersebut diatas. Pada tahun 2009, ia mengundurkan diri dan berusaha sendiri sebagai "pemandi mayat". Pekerjaan ini pun berhubungan dengan mayat, bahkan langsung menyentuhnya serta membacakan doanya sekaligus. Barulah kemudian ia bergabung dengan Blue Bird pada tahun 2011 sampai sekarang, sampai ia bertemu dengan saya, sampai ia mengisahkan pengalamannya sebagai "sopir mayat" ....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun