Mohon tunggu...
Djohan Suryana
Djohan Suryana Mohon Tunggu... Administrasi - Pensiunan pegawai swasta

Hobby : membaca, menulis, nonton bioskop dan DVD, mengisi TTS dan Sudoku. Anggota Paguyuban FEUI Angkatan 1959

Selanjutnya

Tutup

Money

Kisah Seorang Mitra Uber, Calon Entrepreuner

1 Oktober 2017   11:51 Diperbarui: 1 Oktober 2017   12:03 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Namanya Agus. Usianya 38 tahun. Asal Surabaya. Baru enam bulan pindah ke Jakarta dan menjadi mitra Uber. Di Surabaya ia bekerja sebagai juru masak (chef) di Hotel Equator. Saaat ini tinggal di daerah Pluit, dekat dengan Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Pekerjaannya terpaksa ditinggalkan karena sang mertua menginginkan agar ia pindah ke Jakarta beserta anaknya yang baru berusia tiga bulan. Sudah enam tahun ia menikah,namun baru kali inilah ia memperoleh seorang anak laki-laki, yang juga merupakan cucu pertama bagi mertuanya. Sementara itu, sang isteri masih di Surabaya, menyelesaikan studi S2 nya di Universitas Negeri Surabaya (Unisa). Saya mengaguminya karena berani menjelajahi  Jakarta yang lebih luas dan lebih semrawut daripada Surabaya  dengan hanya mengandalkan aplikasi Uber saja.

Demikianlah, pada tanggal 30 September 2017 ia sempat membawa saya dari Cibubur ke Tanjung Barat. Karena tol Jagorawi sangat padat, kami memilih jalan raya tempo dulu, yang kemudian ternyata macet juga. Dan ditengah hiruk-pikuk kemacetan, kami dapat berdialog panjang lebar. Kisahnya sangat menarik. 

Ternyata ia sedang menunggu waktu untuk mengembangkan bisnisnya sendiri sebagai seorang pengusaha kecil. Rencana bisnisnya adalah akan menjual  ikan goreng krispi untuk camilan dan sekaligus bisa menjadi lauk nasi. Ia sudah mengikuti berbagai seminar mengenai UKM (Usaha Kecil Menengah). Selama beberapa kali seminar, ia menjalin jaringan bisnis dengan peserta lain sambil mengungkapkan rencana bisnisnya.

Selama ini ia sudah melakukan survei ke lapangan mengenai prospek produk yang akan dijualnya. Tampaknya ikan goreng krispi belum ada yang memproduksinya. Bahan bakunya akan diperoleh dari para pengusaha tambak ikan nila, gabus, gurame dan lain-lain. Mereka merupakan suppler bibit ikan-ikan tersebut yang akan digorengnya lalu diberi bumbu sesuai dengan pilihan selera konsumen. Nama produknya adalah "Baby Fish Crispy"dengan merk dagang (brand name)  KENZ.

Kemasan untuk produk tersebut sudah dirancangnya dengan rasa pedas sekali, pedas dan tidak pedas. Resep sambel untuk ikan gorenganyapun sudah disiapkan. Yang masih diperlukan adalah modal usaha untuk membeli peralatan pengering dan pembungkus kemasannya. Untuk sementara ia tidak membutuhkan kredit dari bank, kecuali nanti kalau usahanya sudah berkembang, katamya.

Sambil berbincang-bincang dengan asyiknya tanpa mengurangi kewaspadaannya sebagai pengemudi, tidak terasa tempat tujuan kami sudah makin dekat. Saya sempat melontarkan usulan agar sebagai awal produksi barangkali dapat menggunakan bahan baku ikan teri yang banyak diperoleh di TPI Pluit. Ikan teri sangat berlimpah dan supplynya pasti lebih terjamin dibandingkan dengan bibit ikan nila.gurame, gabus dan lain-lain. 

Disamping itu, harganya pun lebih murah dan tanpa mengeluarkan biaya transpor lagi karena lokasi TPI dekat dengan rumah mertuanya yang untuk sementara bisa dijadikan sebagai tempat usaha. Untuk itu mungkin diperlukan mesin penggiling ikan teri sehingga menjadi adonan yang kemudian dapat dicetak dengan berbagai ukuran sebelum digoreng untuk dijadikan produk akhir. Sambil tersenyum ia berkata : "Nanti saya akan mencobanya ...." Semoga berhasil.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun