Mohon tunggu...
Djasli Djosan
Djasli Djosan Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Mantan redaktur dan reporter RRI, anggota Dewan Redaksi majalah Harmonis di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Latihan Militer AS di Laut Cina Selatan

7 Juli 2020   17:15 Diperbarui: 7 Juli 2020   17:18 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Dua kapal induk AS sejak 4Juli 2020 melakukan latihan militer di Laut Cina Selatan dalam jangkauan pandang pihak militer Cina. Mereka hanya mengawasi latihan militer AS tersebut, tidak terpancing melakukan suatu manuver apapun. Latihan militer AS yang untuk kesekian kalinya itu jelas satu unjuk kekuatan. Kali ini dilakukan ditengah-tengah memanasnya hubungan Cina-AS gara-gara wabah corona. 

AS menuduh Cina menggunakan wabah Corona untuk memperkuat claimnya di Laut Cina Selatan. Dengan kehadiran militer AS di kawasan tersebut, AS menegaskan keberadaan Laut Cina Selatan sebagai kawasan internasional, negara manapun berhak melayarinya. 

Intinya, hukum yang berlaku di Laut Cina Selatan adalah hukum internasional, termasuk ketentuan Kawasan Ekonomi Eksklusif. Bukan hukum Cina yang mengclaim 90% kawasan Laut Cina Selatan sebagai milik negara itu.

Untuk memperkuat claimnya atas Laut Cina Selatan, Cina membangun pulau-pulau buatan  di utara Natuna. Sekalipun Cina menyebut pembangunan pulau-pulau buatan itu untuk tujuan damai, sebenarnya untuk pangkalan militer.

Yang sangat berkepentingan dengan Laut Cina Selatan adalah negara-negara di sekitarnya: Philipina, Vietnam, Brunai Darussalam yang sebagian wilayahnya berada di sana. Negara-negara tersebut harus bersatu menolak claim Cina atas kawasan tersebut dan hanya tunduk pada Hukum Laut Internasional yang sudah ada. 

Belum lama terjadi ketegangan antara Cina degan Indonesia gara-gara pihak Cina mengusir kapal-kapal nelayan Indonesia yang sedang menangkap ikan di perairan Natuna, masih dalam batas Kawasan Ekonomi Eksklusif. Indonesia bertindak tegas dengan mengirim pesawat-pesawat tempur ke kawasan tersebut. 

Sikap tegas Indonesia itu mengakibatkan Cina menarik  kapal-kapalnya dan membiarkan kapal-kapal nelayan Indonesia menangkap ikan di situ. Menlu Retno Marsudi sudah benar ketika menolak tawaran Cina untuk merundingkan soal hak-hak Indonesia di Kawasan Ekonomi Eksklusif di sekitar Natuna.

Mestinya Cina tahu diri dan membatalkan  keinginannya berkuasa di Laut Cina Selatan karena akan  berurusan dengan negara-negara sekitar yang didukung penuh AS.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun