Mohon tunggu...
Djasli Djosan
Djasli Djosan Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Mantan redaktur dan reporter RRI, anggota Dewan Redaksi majalah Harmonis di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pilkada Menurut Orang Awam

26 Juni 2018   21:41 Diperbarui: 26 Juni 2018   21:46 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pilkada serentak sudah diambang pintu. Pilpres setahun lagi. Partai-partai, KPU dan para analis sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Partai-partai mempersiapkan tokoh yang diandalkan untuk mendampingi Jokowi sebagai capres nanti. Tokohnya bisa dari dalam partai atau luar partai. Sudah ada tokoh yang menyatakan akan ikut lagi bertarung menantang Jokowi, walaupun kalah dalam pilpres tahun 2014.Ia punya partai pendukung yaitu partainya sendiri. 

Tinggal mencari dukungan partai lain agar memenuhi syarat yang diperlukan menurut ketentuan UU Pemilu. Bahkan ada juga tokoh yang menyatakan siap bertarung memperebutkan korsi orang nomor satu di Indonesia, walaupun belum punya partai pendukung. Pilkada juga begitu. Partai-partai sibuk mempersiapkan tokoh-tokoh yang dapat diandalkan untuk menduduki kursi gubernur dan bupati. Bagitu juga menetapkan para caleg untuk duduk di DPR.

KPU mempersiapkan segala sesuatunya yang diperlukan bagi pelaksanaan pilkada/pilpres nanti.

Para analis? Juga sibuk menyampaikan pendapat tentang peta kekuatan para calon peserta pilkada/pilpres. Dari para analis masyarakat dapat memperkirakan siapa-siapa tokoh yang akan maju dan memenangkan pilkda/pilpres nanti.

Yang tidak sibuk dan santai-santai saja adalah orang awam atau bahasa kerennya 'Man On The Street'` Mereka seperti tak perduli. Yang mereka pikirkan adalah mencukupkan keperluan hidup sehari-hari. Seperti biasa, harga-harga sembako terus meningkat menjelang bulan puasa dan lebaran.1439 H. Sembako diperkirakan akan meningkat pula menjelang natal dan tahun baru nanti.

Mengenai pilkada/pilpres, orang awam menanggapinya santai menurut naluri saja. Tidak disertai teori yang muluk-muluk. Saya terkejut ketika naik angkot dari Jatiwaringin ke Pondok Gede, Bekasi, seorang ibu-ibu 40an tahun menunjuk reklame di pinggir jalan yang mempromosikan Dedi Mizwar dan pasangannya untuk menjadi gubernur/wakil gubernur Jawa Barat.

"Mereka tidak akan terpilih..." katanya.

"Kenapa?" tanya ibu yang ada di sebelahnya.

"Nggak kelihatan prestasinya..." jawab ibu tadi.

"Siapa dong?"

"Kelihatannya Ridwan Kamil. Kelihatan hasil kerjanya..." Ia tampak yakin dengan pendapatnya itu. Percakapan ibu-ibu penumpang angkot itu beralih pada pilpres.

"Jokowi dan pasangannya akan terpilih lagi." Pendapat ibu yang mendukung Ridwan Kamil tadi.

"Mengapa? Kan lawannaya nanti juga cukup berbobot.."

"Jokowi kelihatan sungguh-sungguh bekerja. Hasilnya juga terlihat dengan nyata..." Ia tidak merinci apa saja keberhasilan Jokowi.

"Selain itu tokoh yang pernah dekat dengan Cendana, tidak akan dipilih. Dianggap bagian dari rezim orba..."

Saya tercenung mendengar percakapan ibu-ibu, orang awam, yang tidak mengerti politik itu. Mereka mengandalkan naluri saja.Yang jelas, masyarakat juga sudah cerdas menilai dan menentukan siapa-siapa yang pantas dan tidak pantas menjadi pemimpin masa depan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun