Mohon tunggu...
Mia Jamila
Mia Jamila Mohon Tunggu... Lainnya - My Cross Stitch

Berusaha untuk mencoba

Selanjutnya

Tutup

Diary

Semangat Belajar di Usia yang Tidak Muda Lagi

28 September 2021   09:32 Diperbarui: 28 September 2021   09:36 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. 

Belajar diusia yang tidak muda lagi menjelang lanjut usia yang kata WHO adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun ternyata banyak tantangan nya. Mengantuk, harus menghafal, belajar menggunakan beberapa aplikasi karena gaptek berusaha sampai bisa tanpa ada yang mengajari . Tetapi ketika bisa mengatasinya rasa bahagianya terbang ke bintang tujuh. 

 Keadaan tahun 2021 dimana pandemi covid !9 masih mewabah semua  kegiatan-kegiatan masih dibatasi,  kegiatan online bermunculan tawaran mengikuti belajar motret, ilmu tajwid, menulis, hidroponik dan terjemahan Al-Quran. Pokoknya dimana ada kesempatan disana ada jalan untuk mendapat ilmu.

Ketika muncul flyer dan ajakan untuk belajar foto di kelas motret online pakai smartphone, masih bingung apa bisa pakai gadget tidak canggih begini dan gaptek pula. Ayo coba dulu yang penting handphonenya ada kamera dan download aplikasi untuk editing, begitu motivator memberi semangat. Tergugah juga karena punya motto belajar untuk mencoba, akhirnya mendaftarkan diri di program basic photography by smartphone. 

Program tujuh hari belajar motret melalui whatsapp grup ternyata seru juga setiap hari ada tugas motret yang harus dikumpulkan pada pukul lima sore dan hasil foto yang terbaik masuk ke dalam grid. Jadi tahu ilmu dasar foto tentang level sudut pengambilan,  komposisi dan pencahayaan. Paling bahagia bila hasil foto bisa masuk grid atau keranjang foto. Prinsipnya bangga dengan hasil foto sendiri karena aturannya tidak boleh mengumpulkan hasil foto orang lain.
Studio foto dadakan yang bernama kamar tidur jangan ditanya berantakannya, properti-properti yang ada di rumah berubah menjadi model-model foto.

Tiga program diikuti bulan Februari, Maret dan April yaitu basic, intermediate dan makro. Foto makro ini yang berkelanjutan sampai sekarang walau tidak harus menjadi mahir dalam motret memotret, minimal ada kebahagiaan punya hasil jepretan sendiri. 

Disela-sela belajar motret ada ajakan untuk ikut kelas tajwid Al-Qur'an yang mentornya cikgu dari negeri Jiran. Sebenarnya sudah pernah dua kali ikut kelas tajwid tapi metode ini yang paling menyenangkan awalnya acuh tak acuh tapi lama kelamaan jadi menyenangkan. 

Dulu paling malas untuk menghafal istilah-istilah dalam ilmu tajwid tapi karena belajarnya santai tidak ditekankan untuk dihafal tapi selalu diulang-ulang akhirnya bisa mengingat juga. Belajar di kelas ini selama bulan Februari sampai dengan Juni setiap hari senin sampai dengan kamis selama satu setengah jam dan materi diberikan melalui zoom meeting penuh perjuangan melawan kantuk, maklum belajar di jam bobo siang.  Akhirnya pada awal Juli bisa ikut ujian yang penguji dari negeri Jiran juga. Alhamdulillah menambah ilmu walaupun masih dasarnya dan harus terus tetap belajar.

Ketika disela belajar motret dan ikut kelas tajwid ajakan untuk masuk komunitas menulis datang dari seseorang motivator menulis yang sekarang menjadi Free Writing & Reading Class yang mempunyai motto menulis bahagia. Event-event menulis pun bermunculan ada yang diikuti dan tidak diikuti.

Awalnya ragu mengikuti event menulis tetapi ketika ada event tantangan menulis satu hari satu bab menulis novel yang akan diterbitkan sebagai buku solo. Karena sang motivator menulisnya selalu memberi semangat, termotivasi juga untuk membukukan tulisan-tulisan ibu. Beliau menulisnya dua puluh tahun lalu, tulisannya merupakan cerita masa-masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, pendudukan NICA dan Kemerdekaan RI.

 Mengumpulkan tulisan-tulisan ibu yang sekarang uisanya 91 tahun kemudian membuat bab per dan mengedit tulisan-tulisannya lumayan menyita waktu tapi sang motivator menulis yang selalu menyemangati. Tantangan satu bab satu hari, satu bab 750 - 1500 kata  diselesaikan dalam waktu lima belas hari. Disinilah belajar PUEBI yang sebelumnya terabaikan dan malas mempraktekkan. Akhirnya buku solo ibu selesai juga ada enam belas bab yang diberi judul bahasa Belanda yaitu Herinneringen artinya kenang-kenangan. Membahagiakan ketika buku itu bisa dicetak dan tentunya ibu yang paling bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun