Mohon tunggu...
Jalu Wintang
Jalu Wintang Mohon Tunggu... Lainnya - A man who always thirst for knowledge

Tuliskan setiap jejak langkah dalam hidupmu atau kau akan hilang dalam pusaran zaman

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mencoba Ikut Konferensi International Model United Nations: Why Not? (Day 2)

1 Agustus 2021   12:53 Diperbarui: 9 Agustus 2021   20:22 925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

The time has come, everybody... Saatnya kita memasuki hari kedua IMUN 2021. Sebelumnya terima kasih kepada kalian semua yang masih betah mengikuti kelanjutan cerita saya sampai sekarang. Di hari kedua ini (Minggu, 11 Juli 2021), agenda pelaksanaan secara teknis hampir sama dengan hari pertama kemarin. Tapi tenang aja, guys, karena di hari kedua ini banyak momen dan cerita seru yang akan menemani perjalanan saya selama mengikuti program ini. So, prepare yourself and stay tune....

Hari minggu ini saya awali dengan berolahraga jogging bersama keluarga di sekitar komplek perumahan kami. Suasana saat itu lumayan sepi. Cuacanya memang cerah sekali, tapi sayangnya embusan anginnya cukup kencang. Mungkin gara-gara sekarang masuk bulan Juli yang anginnya lagi kencang-kencangnya. Pantas saja banyak orang yang memanfaatkan cuaca tersebut untuk main layangan. Saya dan orang tua berolahraga selama kurang lebih satu jam. Setelah dirasa cukup, kami segera pulang dan beristirahat. Saya harus menghemat tenaga agar bisa mengikuti konferensi IMUN jam 14.00 nanti dengan optimal dan bugar. Setelah mandi dan sedikit nyemil, saya membanting tubuh ini di atas kasur dan tidur.

Kedua mata ini perlahan membuka sambil sekuat tenaga melirik jam dinding. Ternyata sudah jam 12.30 WIB rupanya. Saya bergegas untuk shalat Dhuhur dan makan siang sambil membaca artikel dan materi yang saya siapkan kemarin serta memantau grup WhatsApp IMUN tentang progres pengerjaan Draft Resolution nya. Selepas makan siang, saya mempersiapkan materi dan laptop untuk mengikuti konferensi IMUN nanti.

Tidak terasa, jarum jam menunjukkan pukul 14.00 WIB dan saatnya konferensi hari kedua dimulai. Di paruh pertama konferensi hari kedua ini, kegiatannya berlangsung sama seperti konferensi hari pertama kemarin (tanggal 10 Juli 2021). Acara dimulai dengan sesi General Speakers' List dan semua delegasi saling mengangkat tangan untuk memperebutkan posisi sebagai speaker untuk hari itu. Kali ini, Head Chair mengundi delegasi negara mana saja yang mendapatkan kesempatan menjadi pembicara dan memberi porsi lebih kepada delegasi yang belum berkesempatan untuk bersuara di forum, terutama di sesi General Speakers' List di hari sebelumnya. Saya agak sedikit santai terlebih karena sudah mendapat kesempatan di hari sebelumnya dan ingin mendengarkan pendapat dari delegasi lain. Begitu daftar nama negara delegasi muncul di layar Zoom, eh...tak disangka ternyata nama "Japan" justru muncul di urutan teratas. Wadaw.... Sempat terkejut hati ini, tapi the show must go on.

Akhirnya, saya memberikan pidato yang hampir mirip seperti sebelumnya dengan tambahan modifikasi. Lumayan bisa memperbaiki kualitas pidato yang di hari sebelumnya masih kurang optimal. Saya banyak membahas soal peran negara Jepang di sektor pendidikan global bersama PBB serta solusi praktis berdasar analisis saya sendiri. Alhamdulillah... pidato saya tadi lumayan lancar dan sedikit lebih baik. Waktunya pun tidak kurang dan juga tidak lebih. Pas 1 menit. Kemudian, sesi GSL dilanjut oleh delegasi dari negara lain selama kurang lebih 1 jam.

Sesi selanjutnya adalah Committee Session. Di hari kedua ini, Committee Session lebih banyak yang bersifat Unmoderated Caucus. Topik yang dibahas di sesi kali ini juga beragam. Mulai dari masalah fasilitas pendidikan, kualitas pendidikan, pembelajaran daring di era pandemi, bahkan berujung ke pendidikan berbasis LGBTQ. Topik yang terakhir inilah yang lumayan menarik perhatian terutama dalam pembuatan Draft Resolution nanti. Saya pun di beberapa kesempatan juga mencoba untuk mengangkat/raise mosi. Mosi yang ingin saya angkat adalah "Improving Education Quality for Students with Disability". Intinya adalah meningkatkan kualitas pendidikan untuk siswa penyandang disabilitas. Namun, ternyata mosi yang saya coba angkat tadi belum meraup suara mayoritas, tapi ya sudahlah tidak apa-apa.

Selain itu, di sesi Unmoderated Caucus, kami juga mengisi waktu dengan menyelesaikan Draft Resolution. Di sinilah kami saling berbagi pandangan bahkan berdebat tentang isi draft tersebut. Setiap delegasi saling adu argumen dan mendiskusikan setiap poin di dalam draft. Bahkan, ada satu poin yang sempat menjadi perdebatan panas. Poin itu menjelaskan tentang pentingnya pendidikan LGBTQ kepada anak-anak. Poin ini mendapat reaksi keras terutama dari delegasi negara Muslim. Kemudian, para negara Sponsor dan negara lainnya turut mempertahankan argumen, menegosiasikan, serta meluruskan poin ini.

Poin LGBTQ bukan satu-satunya poin yang menjadi perdebatan panas selama sidang. Ada satu kebijakan yang menarik perhatian saya seperti ada wacana untuk membentuk semacam komite siswa untuk melindungi hukum dalam pendidikan. Menurutku, poin ini agak sedikit ambigu. Aku lalu mencoba menyarankan agar poin itu direvisi menjadi membentuk semacam komite khusus (CELE atau Committee for Education Law Enforcement) untuk melindungi siswa dari tindakan-tindakan yang melanggar hukum di lingkungan sekolah, UU Anti Bullying, dan pendanaan pendidikan. Ide-ide ini lumayan menarik perhatian dan poin tersebut direvisi. Poin yang lain juga turut menjadi perhatian para delegasi, seperti kebijakan pengurangan jam belajar di sekolah, kolaborasi sekolah dengan perusahaan internet raksasa seperti Amazon atau Google, dan masih banyak lagi. Terlalu banyak kalau saya bahas satu-satu di sini.

Dari tulisan saya sebelumnya dan tulisan ini juga, kelihatannya kita mau tidak mau harus berbicara secara langsung di forum ya ? Hmmm... sebenarnya memang jika berbicara di dalam forum secara langsung, itu sudah menjadi nilai plus bagi kita. Selain itu, kita juga bisa melatih keberanian, manajemen waktu, serta skill public speaking. Namun, ada cara lain jika masih merasa malu atau grogi jika speech langsung di forum Zoom. Salah satu cara untuk berkomunikasi dengan sesama delegasi adalah dengan menggunakan media "Substantive Chit". Eitss..., ini bukan cheat game atau semacamnya, ya... Substantive Chit adalah semacam memo yang ditulis untuk menanyakan, mengomentari, atau menjawab segala pendapat dari atau untuk delegasi lain. Substantive Chit ditulis dengan format nama delegasi pengirim, tipe memo (bisa pertanyaan atau jawaban), dan delegasi penerima. Lalu, Substantive Chit bisa langsung dikirim di dalam group chat WhatsApp selama konferensi berlangsung. Kira-kira seperti ini contoh komunikasi saya dengan delegasi Afrika Tengah dengan menggunakan media Substantive Chit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun