Mohon tunggu...
Jalu Wintang
Jalu Wintang Mohon Tunggu... Lainnya - A man who always thirst for knowledge

Tuliskan setiap jejak langkah dalam hidupmu atau kau akan hilang dalam pusaran zaman

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pelaksanaan PJJ sebagai Ajang Pembuktian Efektivitas Pendidikan Karakter di Indonesia

24 Agustus 2020   22:27 Diperbarui: 24 Agustus 2020   22:44 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : kabar24.bisnis.com

Selama lebih dari 1 bulan ini, seluruh pelajar di Indonesia sudah memasuki tahun ajaran baru. Pandemi Corona memang telah mengubah segala aspek dalam kehidupan kita, entah itu gaya hidup maupun pembiasaan yang mungkin kurang kita optimalkan di dalam kehidupan kita sebelum adanya pandemi ini.

Salah satu aspek yang memiliki perubahan yang signifikan adalah dilaksanakannya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara online. Banyak para guru maupun peserta didik dan mahasiswa mau tidak mau harus bisa beradaptasi dengan memanfaatkan teknologi atau e-learning di media online, seperti penggunaan media sosial WhatsApp, Zoom, Google Meets, Google Classroom, Live Instagram, dan sebagainya.

Selama perjalanannya, ada berbagai kendala dari berbagai pihak terutama dari unsur guru, peserta didik, dan wali murid. Seperti pembelajarannya yang dirasa memberatkan orang tua karena harus mengeluarkan biaya ekstra untuk membeli kuota internet, akses sinyal yang sulit, keterbatasan peserta didik maupun orang tua dalam memahami pelajaran.

Terbatasnya fasilitas gadget terutama dari masyarakat kalangan ekonomi bawah, kurangnya ketegasan pemerintah dalam merumuskan kurikulum darurat di masa pandemi, masalah penyederhanaan kurikulum dan sebagainya. Walaupun begitu, terlepas dari berbagai rintangan yang menghadang, sebenarnya ada poin pembelajaran yang sangat penting dari PJJ ini.

Selain mampu mengoptimalkan media pembelajaran daring/e-learning yang selama ini masih kurang diprioritaskan baik oleh para guru maupun peserta didik, adanya pembelajaran secara daring seperti ini adalah suatu momentum yang tepat untuk setiap insan pendidikan di Indonesia terutama pendidik dan peserta didik untuk mengukur seberapa jauh mereka bisa mengembangkan dan menerapkan nilai-nilai karakter di dalam diri mereka, seperti nilai kemandirian, kejujuran, integritas, jiwa kreatif, dan lain sebagainya. Pertanyaannnya adalah, bagaimana hal itu bisa terjadi ? Mari kita lanjut.

Pendidikan karakter adalah salah satu unsur pembelajaran yang mengedepankan bagaimana cara kita bersikap dan hidup sebagai seorang manusia yang bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan juga dengan masyarakat di dalam kehidupan sehari-hari. Unsur pendidikan ini sangat penting untuk diajarkan terutama untuk insan pendidikan seperti guru dan peserta didik.

Di dalam kurikulum 2013, penilaian karakter sudah menjadi salah satu indikator penting yang bersanding dengan nilai kognitif/pengetahuan dan nilai keterampilan. Artinya, di dalam kurikulum yang sekarang ini, ada usaha untuk menegakkan dan mengimplementasikan nilai-nilai karakter kepada peserta didik secara serius dan terstruktur.

Selama ini, penanaman karakter dan budi pekerti luhur di instansi pendidikan dilakukan dengan berbagai cara, seperti nasihat atau teguran, peraturan tertulis, sanksi, bahkan pemakaian sistem poin yang terintegrasi dengan hasil belajar siswa.

Ketika pembelajaran masih offline atau tatap muka, guru memiliki kontrol penuh terhadap para peserta didiknya dalam usaha penumbuhan dan penegakkan nilai-nilai budi pekerti di sekolah. Contoh sederhananya seperti ketika ujian, peserta didik tidak boleh menyontek temannya.

Di sini, ada guru yang berperan sebagai pengawas. Sama halnya jika ada peserta didik yang terlambat masuk sekolah, membolos, melakukan perundungan kepada sesamanya, dan bahkan melakukan tindakan kekerasan di sekolah, maka ada pihak guru dan Bimbingan Konseling (BK) yang berperan sebagai supervisor (pengawas) sekaligus advisor (penasihat) peserta didik yang bermasalah itu. Mereka tidak sekedar memberi teguran/sanksi, namun juga memberikan pendampingan dan bimbingan secara terarah dan kekeluargaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun