Hanya, dalam menyelami kehidupan sehari-hari, piraku kita harus mengikuti tapak-lacak Jang Amin, Neng Asih, Sangkuriang, atau Karnadi mah. Keempatnya dibuat sengsara karena jalan hidupnya dibutakan oleh cinta alias bukan cinta yang mereka kendalikan.
Kepada yang belum atau telah merasakan ndahna kapanah ku asmara katurih ku kaasih ada baiknya menulis cerita cinta saja. Paling tidak, cerita cinta dalam khasanah sastra Sunda hak hidupnya bakal manjang sinambungan.***
Artikel di atas sempat dimuat di koran Kompas Jabar. Karya DJASEPUDIN, guru SMA Negeri 1 Cibinong, Kab. Â Bogor
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!