Insidn lambang negara bendra mrah putih yang terpasang terbalik di lengan baju para atet dan official saat pengukuhan kontingen Kab. Bogor untuk Porda Jabar mohon jangan dianggap main-main atau mesti disikapi dengan serius dan penuh tanggung jawab. jumlahnya tidak sedikit lagi.
Atas insiden itu saya, Djasepudin, Koordinator Jaringan Sahabat Publik (JSP) Bogor, berpendapat dan menyatakan sikap:
Satu,bendra adalah lambang negara, kebanggaan bangsa, identitas kita juga sebagai warga NKRI. Ingat, momen ulang tahun kemerdekaan baru berlalu beberapa hari. Ini, Senin, tanggal 20-8-2018 di Kabupaten Bogor malah terjadi momen yang memalukan. Apa tidak ingat dengan perjuangan para pahwalan, para syuhada leluhur kita yang susah untuk mengibarkan Sang Dwi Warna pra dan pasca kemerdekaan. Mereka mengorbankan jiwa, pikiran, tenaga, harta, dan segenap potensi yang ada.
Dua, pengukungan kontingen Kab. Bogor untuk Porda Jabar diselenggarakan di pusat pemerintahan Kabupaten Bogor. Dengan demikian, insiden itu diakui atau tidak turut mencoreng pemerintahan NKRI secara keseluruhan. Ini pun menandaskan, adanya ketidakprofesionalan antara pemberi, penerima, dan pengawas proyek pembuatan seragam yang memalukan tersebut.
Tiga, pengukungan kontingen Kab. Bogor untuk Porda Jabar itu dibiayai oleh negara. Konon hingga ratusan juta rupiah. Lalu, dari insiden itu sendiri, di manakah jiwa sportitifitas para atlet, pemerintah, adn pihak pemenang proyek pembuatan kostum yang memuat bendera NKRI yang terbalik? Mohon jangan dianggap remeh ya wahai para saudaraku. Sportivitas mengakui kesalahan kepada publik, sportivitas meminta maaf pada warga Bogor dan seluruh warga Indonesia.
Empat, atas hal itu saya mendesak para pihak terkait, agar segera meminta maaf kepada publik di berbagai media cetak-elektronik-online; segera menarik baju yang lambang negaranya terbalik- menghapus/tidak mempercayai lagi pihak yang membuat baju yang memalukan tersebut; mendesak pemerintah terutama Pemkab Bogor agar kembali meningkatkan ikhtiar membangkitkan rasa kebangsaan pada Ibu Pertiwi dalam berbagai ruang dan waktu; mendesak para wakil rakyat untuk menjalankan peran aktif dalam mengawasi jajaran eksekutif terutama yang terkait dengan kepemudaan dan keolahragaan; jadikan insiden tersebut sebagai peristiwa yang pertama dan terakhir. (Djasepudin)
