Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ngabuburit di Pulau Dompak, Ibukota Provinsi Kepri

16 Juni 2016   13:51 Diperbarui: 16 Juni 2016   13:58 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pulau Dompak merupakan sebuah pulau yang terletak di selatan Kota Tanjungpinang dengan luas sekitar 995 Ha dengan kondisi relatif datar dan sedikit penghuninya. Jika Pulau Penyengat merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Melayu dahulu kala, maka Pulau Dompak merupakan pusat pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau sejak tahun 2010. Di sini terletak perkantoran pemerintah termasuk kantor gubernur, kantor DPRD, dan beberapa fasilitas pendukung lainnya. Saya sendiri berkesempatan mengunjungi pulau ini sambil ngabuburit menunggu waktu berbuka puasa.

Jalan Utama di Pulau Dompak (Dokpri)
Jalan Utama di Pulau Dompak (Dokpri)
Perjalanan memakan waktu sekitar setengah jam dari pusat kota Tanjungpinang, saya sudah tiba di jembatan yang menghubungkan Pulau Dompak dengan Pulau Bintan sebagai induknya. Dari jembatan saya menuju kantor gubernur yang terletak di atas perbukitan ke arah utara pulau. Jalannya sendiri tampak sudah didesain dua lajur empat jalur, jadi sangat lebar sekali. Di sepanjang perjalanan tampak kampus Universitas Maritim Raja Ali Haji dan beberapa perkantoran yang telah berdiri. Tak jauh dari situ terdapat reservoir atau penampungan air tawar untuk menyediakan air bersih di pulau tersebut.

Reservoir atau Penampung Air Bersih (Dokpri)
Reservoir atau Penampung Air Bersih (Dokpri)
Tak sampai sepuluh menit saya tiba di belakang kantor gubernur. Dari sini tampak keramaian Kota Tanjungpinang di hadapan dan jembatan baru yang sedang dikerjakan untuk memotong langsung dari pusat pemerintahan menuju pusat kota. Kantornya sendiri tampak megah dari kejauhan, mengingatkan saya pada kantor-kantor serupa di Sofifi atau Gorontalo yang merupakan pemekaran dari provinsi lama, berada di atas bukit dengan pemandangan 360 derajat sekelilingnya.

Kompleks Perkantoran Gubernur Kepri (Dokpri)
Kompleks Perkantoran Gubernur Kepri (Dokpri)
Pelabuhan Dompak (Dokpri)
Pelabuhan Dompak (Dokpri)
Setelah berfoto-foto sejenak, perjalanan dilanjutkan menuju pelabuhan ferry Dompak yang akan menjadi terminal keluar masuk orang dan barang menggantikan pelabuhan lama Sri Bintan Pura. Pelabuhan ini direncanakan untuk menghubungkan Tanjungpinang dengan Singapura dan pulau-pulau sekitarnya termasuk Batam dan Karimun. Tak jauh dari pelabuhan tampak Masjid Raya Nur Ilahi di puncak bukit menghadap ke arah laut. Masjid ini diklaim sebagai masjid terbesar di Kepri khususnya di Bintan. Di bawahnya sedang dikerjakan jembatan penghubung antara Dompak dengan pusat kota Tanjungpinang, sehingga memotong jarak tempuh hampir setengahnya bila selesai nantinya, persis seperti jembatan Merah Putih di Ambon.

Masjid Raya Nur Ilahi (Dokpri)
Masjid Raya Nur Ilahi (Dokpri)
Selanjutnya saya menuju gedung DPRD Provinsi Kepri yang tak kalah megahnya dengan kantor gubernur dan didesain seperti berhadap-hadapan dari jarak jauh. Disinilah para wakil rakyat Kepulauan Riau berkantor dan saking luasnya halaman rakyat Kepri bisa berdemo menyampaikan aspirasinya dengan leluasa. Sayangnya saat itu tidak ada aksi demo, mungkin karena bulan puasa atau bisa jadi jauhnya jarak dari pusat kota.

Pemandangan Pusat Kota Tanjungpinang dan Jembatan Penghubung (Dokpri)
Pemandangan Pusat Kota Tanjungpinang dan Jembatan Penghubung (Dokpri)
Kantor DPRD Provinsi Kepri (Dokpri)
Kantor DPRD Provinsi Kepri (Dokpri)
Tak terasa waktu telah mendekati azan Maghrib, saya segera meluncur kembali ke pusat kota Tanjungpinang. Di sebuah jembatan penghubung antar pulau, saya sempat berhenti sejenak mengabadikan perkampungan lama dan mentari menjelang senja alias sunset. Di ujung jembatan tampak perkampungan nelayan lama yang masih dipertahankan keasliannya. Sayangnya disini tak ada pedagang takjil untuk berbuka sehingga tak bisa menanti mentari benar-benar tenggelam. Padahal ada beberapa warga juga yang sedang ngabuburit seperti kami di jembatan ini. Mungkin pulau ini bakal ramai setelah semua perkantoran terisi dan mulai tumbuh perumahan di sekitarnya.

Perkampungan Nelayan Lama (Dokpri)
Perkampungan Nelayan Lama (Dokpri)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun