Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Percayalah Naik Pesawat Itu Paling Aman

15 Januari 2021   22:42 Diperbarui: 15 Januari 2021   22:55 2215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Garuda Indonesia (Sumber: dokpri)

Sebelumnya, saya mengucapkan turut berduka cita atas musibah yang menimpa pesawat SJ-182 milik Sriwijaya Air yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu setelah baru saja lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta. Kecelakaan ini menewaskan seluruh penumpang beserta awak kapalnya dan hingga kini masih dilakukan pencarian terhadap para korban oleh pemerintah.

Kita berharap seluruh korban dapat ditemukan dan dikebumikan selayaknya. Ke depan semoga pengawasan sebelum keberangkatan bisa lebih diperketat lagi untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama.

Terlepas dari itu semua, sebenarnya pesawat terbang merupakan transportasi teraman di dunia. Bandingkan dengan transportasi darat yang setiap harinya pasti ada kecelakaan, kejadian kecelakaan relatif paling jarang terjadi dalam satu tahun.

Bahkan tahun 2017 sempat dinobatkan sebagai tahun teraman penerbangan di dunia karena tidak ada satupun catatan kecelakaan pesawat terbang pada masa itu. Hanya memang karena sangat jarang terjadi, setiap kecelakaan pesawat terbang selalu menimbulkan kehebohan luar biasa. Berbeda dengan kecelakaan di darat, karena terlalu sering sehingga tidak menjadi perhatian lagi.

Mengapa naik pesawat itu paling aman?

Pertama, sebelum keberangkatan pesawat selalu diperiksa detil apakah ada kelainan atau tidak baik mesin, bodi, kabin, hingga ke baut-baut yang paling kecil sekalipun. Satu baut copot saja bisa berakibat fatal, apalagi yang besar seperti mesin.

Hal ini berbeda dengan bis atau mobil, ada baut yang lepaspun kadang diabaikan sepanjang masih bisa jalan dengan normal. Tidak ada toleransi sedikitpun terhadap cacat atau kekurangan dalam pesawat, langsung di-grounded bila ditemukan kejanggalan.

Kedua, kapasitas pesawat dibatasi dengan ketat sehingga tidak melampaui berat maksimum yang dibolehkan. Pesawat selalu ditimbang sebelum terbang agar tidak overweight yang membuat pesawat menjadi stall saat lepas landas.

Tidak ada toleransi juga buat penumpang yang membawa barang melebihi berat yang ditentukan. Kejadian Mandala Airlines di Medan ditengarai disebabkan oleh beban yang melebihi kapasitas sehingga pesawat mengalami gagal terbang saat baru saja lepas landas.

Ketiga, calon penumpang di-screening dulu baik diri maupun barang bawaan. Hal ini untuk menghindari kejahatan di dalam pesawat seperti pembajakan, juga menghindari barang bawaan yang berbahaya masuk ke dalam pesawat seperti durian, cairan yang melebihi volume yang diizinkan, bahan yang berpotensi meledak, dan sebagainya. Sejak peristiwa WTC nyaris jarang terjadi lagi peristiwa pembajakan pesawat karena screening-nya semakin ketat di bandara.

Keempat, kondisi cuaca selalu dimonitor sebelum berangkat. Hal ini untuk memastikan tidak ada gangguan berarti selama dalam perjalanan terutama menghindari awan cumulonimbus, atau badai dan hujan lebat saat lepas landas dan mendarat. Pilot selalu mendapat briefing khusus sebelum terbang mengenai rute yang akan dilalui dikaitkan dengan kondisi cuaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun