Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Work From Hotel, Sambil Menyelam Minum Kopi

13 Agustus 2020   21:37 Diperbarui: 13 Agustus 2020   21:29 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bekerja di Hotel (Dokpri)

Pandemi covid-19 membuat banyak pegawai yang dipaksa bekerja di rumah untuk mengurangi intensitas pertemuan di kantor. Apalagi ternyata kantor berpotensi menjadi salah satu klaster penyebaran virus. Namun pada kenyataannya bekerja di rumah alias Work From Home (WFH) ternyata tidak efektif karena justru banyak dipakai untuk liburan. Apalagi sulit untuk mengontrol mereka yang bekerja di rumah karena ada saja celah untuk mencari alasan, mulai dari susah sinyal hingga miskin kuota.

Di sisi lain, pemerintah harus membangkitkan kembali ekonomi yang terpuruk tajam saat pandemi berlangsung. Uang pemerintah ibarat oase di tengah gurun pasir saat musim kemarau tiba. Dengan semakin banyaknya belanja pemerintah di dalam negeri, uang kembali berputar seperti sediakala. Sektor-sektor yang terdampak pandemi perlahan akan kembali pulih dan bekerja seperti sediakala.

Untuk menyiasati pegawai yang malas bekerja di rumah sekaligus mendorong industri pariwisata bangkit, sebagian instansi mulai menerapkan bekerja di hotel alias Work From Hotel. Rapat-rapat dan pertemuan di hotel diperbanyak untuk mempercepat penyelesaian pekerjaan. Pegawai yang mendapat giliran WFH dipindah ke hotel agar mereka tetap bekerja dan tidak ada lagi alasan susah sinyal atau kehabisan kuota. Pegawai yang masuk kantor juga akan mendapatkan kesempatan bekerja di hotel sesuai dengan jadwal WFH-nya.

Ruang rapat di hotel disekat-sekat seperti co-working space, sebagian tetap digunakan untuk rapat, sebagian lagi untuk bekerja. Sebagian juga bisa bekerja di kamar hotel bila acara diselenggarakan lebih dari satu hari dan menginap di hotel tersebut. Enaknya lagi makanan terjamin sehingga pegawai tak harus makan siang atau malam di luar kantor seperti biasanya. Hal ini juga untuk menghindari interaksi dengan orang luar yang sama-sama makan di warung depan kantor agar tidak mudah tertular virus.

Strategi seperti ini cukup menguntungkan mengingat kapasitas kantor harus dikurangi maksimal 50% sehingga 50% lainnya bisa dipindahkan ke hotel dan tidak ada yang bolos kerja. Hotel juga memperoleh pemasukan, menghidupi kembali pegawai yang sempat dirumahkan, dan menggerakkan sektor turunannya seperti yang pernah diceritakan di sini. Simbiosis mutualisma diperlukan dalam kondisi darurat seperti sekarang agar roda kehidupan tetap berjalan walau harus tertatih-tatih.

Baca juga: Kala Lampu Hotel Mulai Menyala

Sekilas memang terkesan terjadi pemborosan karena harus membayar biaya sewa hotel yang cukup mahal. Namun jangan lupa bahwa selama empat bulan pertama pandemi uang pemerintah nyaris tak terserap kecuali anggaran rutin saja seperti gaji pegawai dan operasional kantor. Jadi uang yang belum terserap tersebut sebagian dialihkan untuk membayar sewa ruang rapat di hotel dan pengeluaran lainnya selama bekerja di hotel. Hal ini juga untuk meningkatkan kinerja penyerapan anggaran yang sempat tak beranjak jauh selama masa pandemi.

Kekhawatiran tentu tetap saja ada, namun hotel yang ditempati juga telah menerapkan protokol kesehatan yang ketat sehingga rasa cemas tersebut dapat dikurangi. Justru di hotel pemeriksaan lebih ketat daripada di kantor sendiri yang terkadang ewuh pakewuh kepada pimpinan dan hanya tegas pada bawahan saja. Padahal namanya virus tak kenal pangkat, siapapun bisa terkena tanpa kecuali apakah dia seorang direktur atau hanya cleaning service saja.

Memang repotnya kita harus membawa sebagian berkas dan peralatan kantor seperti printer dan laptop ke hotel. Namun kerepotan tersebut tak seberapa dibandingkan bekerja di rumah yang sulit untuk dikontrol hasilnya. Pimpinan bisa mengawasi langsung kerja anak buahnya, mendiskusikan masalah yang terjadi. dan mencari solusi segera. Laporan bisa dibuat saat itu juga dan dapat langsung ditindaklanjuti oleh staf yang ada di kantor melalui aplikasi vicon di komputer masing-masing.

Hotel yang dipilih rata-rata tidak jauh dari kantor untuk memudahkan pergerakan pegawai apabila ada hal-hal yang mendadak harus dikerjakan di kantor atau mengambil berkas yang ketinggalan. Sesekali diselenggarakan juga acara di luar kota yang tak jauh dari Jakarta seperti Bogor atau Bandung untuk mengurangi kejenuhan pegawai yang sudah empat bulan lebih WFH, sekaligus melatih keberanian untuk bepergian ke luar kota yang selama ini dihindari.

Sambil menyelam minum kopi, sambil bekerja mengangkat roda perekonomian yang sempat terjerembab di kuartal kedua tahun ini. Pegawai tetap bekerja sesuai gaji yang diterima sehingga mengurangi potensi makan gaji buta karena selama ini tetap dibayar utuh walau sebagian bekerja di rumah. Sektor pariwisata khususnya hotel mulai menggeliat dan diharapkan dapat menggerakkan sektor-sektor lain yang selama ini tertidur pulas akibat pandemi yang berkepanjangan ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun