Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Berpikir Positif Membaca Kasus Positif

9 Agustus 2020   15:06 Diperbarui: 9 Agustus 2020   15:06 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kasus Positif Covid 19 (Sumber: bnpb.go.id)

Sejak awal kasus covid-19 bergulir, setiap hari informasi tersebut disampaikan oleh jubir Satgas Covid-19 hingga berakhir pada akhir Juli lalu, berganti dengan informasi melalui media sosial dan berita di televisi maupun online. Pertambahan kasus semakin meningkat setiap harinya, bahkan kini bisa mencapai 1500 - 2500 per hari. Total hingga hari kemarin (08/08/2020) telah mencapai 123.503 kasus terkonfirmasi, 79.306 sembuh, 5.658 meninggal, dan 38.539 dalam perawatan.

Sekilas melihat informasi tersebut tentu sangat mengkhawatirkan, apalagi penambahan kasus tersebut justru terjadi di saat pelonggaran mulai diberlakukan. Kepanikan makin menjadi setelah jumlah kasus semakin tinggi bahkan melewati Tiongkok yang konon menjadi asal muasal virus tersebut. Kepanikan memunculkan ketakutan dan pada akhirnya malah menurunkan imunitas yang justru diperlukan di saat pandemi seperti sekarang ini. So, bagaimana caranya agar tetap tenang menghadapi pandemi?

Jawabannya cuma satu: BELAJAR. Pandemi sudah berlangsung 8 bulan di dunia dan 5 bulan di Indonesia. Angka-angka sudah diumumkan baik yang positif, sembuh, maupun meninggal. Karakteristik virus lambat laun juga sudah mulai terbaca, cara penularan, cara menginfeksi, siapa yang bakal sakit, siapa yang tetap sehat, semua sudah ada informasinya. Lihat juga keadaan di lingkungan sekitar dan kota tempat tinggal kita, bagaimana aktivitas warganya, kegiatan ekonominya, dan fakta-fakta lain yang diperoleh di sekitar kita.

Pelajari semuanya, olah datanya, dan carilah informasi tambahan sebanyak-banyaknya baik di dunia maya seperti jurnal ilmiah maupun fakta di lapangan. Lalu ambillah kesimpulan berdasarkan nalar dan logika serta informasi yang diperoleh dari berbagai sumber. Tinggal kita bisa memilah, apakah akan tetap pesimis dan meringkuk di dalam gua, atau jadi optimis melihat cahaya terang di luar sana.

Saya memilih untuk berpikir positif karena akan meningkatkan imunitas tubuh untuk melawan virus corona. Bagaimana caranya? Simpel saja, bacalah berapa angka yang sembuh, angka yang meninggal, dan angka yang dirawat atau kasus aktif. 

Kalau membaca data per hari kemarin seperti ditulis di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kesembuhan cukup tinggi walau tetap ada resiko kematian tetapi masih tetap dapat dikendalikan. Fakta di lapangan juga menunjukkan aktivitas warga dan ekonomi sudah berlangsung seperti sediakala.

Kemudian, coba bandingkan dengan tingkat kematian tahun-tahun sebelum pandemi, apakah ada peningkatan signifikan. Bandingkan pula dengan penyakit lain seperti TBC atau DBD, berapa yang menjadi pasien dan berapa jumlah kematian tiap tahunnya. 

Dari sini saja sebenarnya bisa terbaca bahwa ada penyakit yang lebih berbahaya, namun karena tidak diekspos besar-besaran maka semuanya menjadi biasa saja. Padahal bila sama-sama diekspose, mungkin bisa dipastikan takkan ada orang yang berani keluar rumah dengan kesadaran sendiri saking takutnya.

Hal lain yang bikin banyak orang ketakutan adalah orang tak bergejala atau dulunya disebut OTG sebelum istilahnya diganti dengan asimptomatik. OTG ini seolah momok yang membuat orang tertular. 

Padahal logikanya kalau virus ini memang berbahaya, tak ada lagi OTG karena setiap yang terpapar atau terinfeksi pasti sakit. Kalau ada orang yang terpapar virus tapi tak bergejala, berarti memang orang tersebut sehat. Kalau kita sampai tertular dan sakit, berarti ada yang salah dalam tubuh kita. Jadi jagalah tubuh tetap sehat agar walau terpapar tidak akan membuat tubuh sakit.

Sadarlah, dari sejak lahir, kita sudah berkenalan dengan berbagai virus dan bakteri. Mereka adalah bagian dari ekosistem yang menyeimbangkan kehidupan. Kita sakit karena ada ketidakseimbangan jumlah virus atau bakteri di dalam tubuh. Oleh karena itu, untuk menyeimbangkan jumlah virus dan bakteri, tingkatkan imun tubuh dengan menjalankan pola hidup bersih dan sehat seperti konsumsi makanan sehat, berolahraga, rajin mencuci tangan dan mandi setiap hari.

Kalaupun akhirnya terinfeksi, pasti ada gejalanya seperti demam tinggi, batuk, menggigil, dan sebagainya. Solusinya sederhana, cukup bedrest atau istirahat total, jangan beraktivitas sama sekali ketika tubuh mengalami panas tinggi. Terbukti walau belum ada vaksin apalagi obatnya, tingkat kesembuhan pasien cukup tinggi. Hal ini berarti bahwa penyakit ini bisa sembuh dengan sendirinya tanpa menunggu kehadiran vaksin, asal jangan sampai terlambat penanganannya. Misalnya saat mulai demam segera istirahat, jangan tetap beraktivitas agar tubuh bisa rileks menghadapinya. 

Sayangnya informasi mengenai kesembuhan pasien sangat jarang diekspos media padahal jumlahnya besar, malah informasi kematian yang justru dibesar-besarkan. Bahkan para penulis di sinipun juga turut memberikan informasi yang menakutkan dengan alasan untuk membuat orang peduli. Padahal masyarakat justru membutuhkan informasi yang jelas bagaimana para pasien tersebut bisa sembuh, apa kiat-kiatnya sehingga bisa survive dan tetap sehat selama masa pandemi.

Jadi, daripada terus menerus hidup dalam ketakutan, lebih baik berpikir positif dalam membaca kasus positif. Selain untuk meningkatkan imunitas, juga membuat kita berani beraktivitas tanpa dihantui ketakutan yang berlebihan. Cukup patuhi protokol kesehatan, jalani hidup kembali seperti biasa. Kita tak perlu cemas selama bisa menjaga kesehatan tubuh dan imunitas dengan baik. 

Kita bisa stress bila hanya membaca pertambahan angka positif setiap harinya tanpa dianalisis lebih jauh. Oleh karena itu jauhi stress dengan menghindari pikiran buruk karena membaca berita atau informasi buruk, pola makan yang buruk seperti konsumsi junk food atau gula berlebihan, serta malas berolahraga. 

Hidup ini indah asal tahu cara menikmatinya. Salam simpel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun