Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ketemu Bos 'Toxic', Bagaimana Cara Menghadapinya?

24 Juni 2020   13:42 Diperbarui: 24 Juni 2020   13:36 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toxic Boss (Sumber: youtube.com)

Sepertinya halnya manusia lainnya, namanya bos pasti ada juga yang toxic. Apalagi kalau usianya masuk kategori baby boomers ke atas, perilaku kolonialnya masih melekat banget. Gayanya seperti raja, minta dilayani oleh anak buahnya dan tidak mau tahu kesulitan yang dihadapi. Kerjanya cuma tunjuk sana tunjuk sini. Pokoknya semua urusan harus beres apapun caranya asal tidak mencelakakan dirinya. Kalau ada masalah gampang marah dan panik, lalu menyalahkan anak buahnya.

Baca juga: Jadi Pimpinan Itu (Bukan) Seperti Tukang Pos

Agak mirip dengan pimpinan tukang pos seperti pernah saya tulis sebelumnya. Namun bedanya, kalau pimpinan tipe tukang pos lebih karena dia tidak peduli akan pekerjaannya, sementara kalau pimpinan toxic lebih mengedepankan emosi ketimbang nalarnya. Kalau yang satu rada cuek, yang ini lebih menyusahkan anak buahnya. Persis seperti pangeran yang selalu dihamparkan karpet merah di depan ruang kerjanya.

Sayangnya kita tidak bisa memilih siapa atasan kita selama belum jadi bos besar. Suka tak suka mau tak mau pasti suatu saat bakal ketemu dengan tipe bos seperti ini. Sebagai anak buah yang baik, tentu kita tidak bisa menolak begitu saja perintahnya walau kadang-kadang perilakunya menyebalkan. Lalu bagaimana cara menghadapinya?

Pertama, biasanya bos tipe toxic begini senang dipuji. Sering-seringlah memuji sambil membuatkan teh manis, pasti kamu bakal jadi kesayangannya. Tidak perlu harus menjilat, tapi perhatikan momen-momen penting bagi beliau, misal ulang tahunnya, atau ketika beliau jadi pembicara kita turut memberikan atensi. Sesekali bolehlah membawakan map atau laptopnya, tak perlu merasa direndahkan, tapi anggaplah sebagai bentuk perhatian pada beliau.

Kedua, ulur waktu dan sedikit ngeles, jangan terlalu rajin tapi juga jangan malas. Kalau terlalu rajin nanti semua pekerjaan bertumpu pada dirimu karena dia paling malas membagi pekerjaan pada yang lain. Lagipula semakin kamu terlihat rajin kamu bakal sulit pindah ke tempat lain karena pasti ditahan beliau dengan berbagai macam alasan. Jangan juga terlalu malas karena selain kamu tidak akan dipakai lagi olehnya, beliau juga pasti mengumbar kemalasan kamu di depan para bos-bos lainnya.

Ketiga, jangan terlalu aktif, tapi berikan masukan yang baik bila diminta. Kalau terlalu aktif malah nanti kamu kerepotan sendiri karena beliau pasti ingin segera eksekusi sementara kamu belum tentu siap. Kalau beliau punya ide, jangan langsung dikomentari apalagi dibantah, tapi coba kerjakan dulu semampu kamu. Agak pasif sedikit ga masalah, tapi juga jangan kebanyakan diam karena beliau tidak suka orang yang kurang bergerak.

Keempat, tutup telinga dan iyakan saja apa perintahnya. Jangan terlalu ambil pusing kalau dia tiba-tiba marah karena kesalahan kamu atau beliau lupa sesuatu walaupun bukan salahmu. Tidak perlu dibantah, diamkan saja, kalau sudah tenang baru berikan penjelasan secukupnya. Kalau masih menyalahkan juga, ya sudah biarkan saja. Selama dia masih marah berarti sebenarnya tanda sayang, karena kalau sudah diam berarti pertanda buruk buat kamu. 

* * * *

Lalu bagaimana pula kalau sudah tidak tahan juga? Bicarakan baik-baik dengan beliau, cari alasan yang tepat tapi jangan sekali-kali menyinggung perasaan beliau atau alasan karena tidak suka sikap beliau. Misal alasan pindah karena untuk mencari tantangan baru, atau ingin mencoba tempat baru. Bisa juga alasan kenaikan penghasilan, tapi rasanya kurang etis kalau dibicarakan langsung. Pokonya cari alasan yang ga mungkin kamu dapat di kantor tersebut. 

Kalau diizinkan itu rezeki, kalau ditolak ya itu nasibmulah. Namun jangan langsung menyerah, coba bicarakan dengan orang dekatnya, biar dia yang bicara langsung dengan si bos. Biasanya hati bos bisa luluh kalau yang bicara orang terdekatnya. Jangan lupa hindari menjelek-jelekkan sikap bos di depan orang dekatnya, cari alasan seperti yang sudah ditulis di atas. Biasanya orang dekat ini juga akan merayu kamu untuk tetap bertahan, namun kamu jangan bergeming, tetap teguh dengan pendirian semula karena keteguhan itulah yang akan dinilai. Kalau mencla mencle ga bakal pesan kamu disampaikan pada beliau.

Selamat mencoba, salam simpel.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun