Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Biasakan Catat Tagihan Bukan Pakai Perasaan

10 Juni 2020   11:54 Diperbarui: 12 Juni 2020   07:41 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meteran Listrik (Foto: Shutterstock)

Hanya cinta saja yang bisa dinyatakan dengan perasaan, bukan tagihan.

Di tengah pandemi covid-19 yang belum juga reda, masyarakat kembali dihebohkan dengan kenaikan tagihan listrik yang luar biasa, antara 100-200% dari rata-rata tagihan normal. 

Kenaikan tersebut bukan hanya menimpa masyarakat biasa saja, bahkan direktur PLN sendiripun juga turut menjadi 'korban' tingginya tagihan. Kenaikan tersebut tentu menjadi beban tambahan masyarakat yang sudah semakin menderita akibat wabah dan berkurangnya penghasilan secara drastis.

Alasan PLN karena selama pandemi ini para petugas pencatat untuk sementara diistirahatkan dulu demi keamanan dan kesehatan agar tidak tertular atau menulari pelanggan. 

Selain itu karena banyak pelanggan yang WFH maka diasumsikan pemakaian listrik meningkat, sementara karena PLN tidak memiliki catatan, maka tagihan dihitung dari rata-rata pemakaian tiga bulan terakhir. Akibatnya terjadi selisih antara tagihan dengan pemakaian sebenarnya.

Setelah petugas kembali aktif mencatat serta adanya fasilitas pencatatan mandiri via WA, barulah kemudian muncul tagihan dengan jumlah yang luar biasa. Bisa jadi apa yang diasumsikan PLN benar bahwa selama WFH pemakaian cukup tinggi dan belum sempat ditagihkan. 

Sisa tagihan yang belum dihitung kemudian diakumulasikan pada bulan Juni ini sehingga terkesan tagihan melonjak drastis. Akhirnya muncul komplain pelanggan terhadap angka tagihan yang fantastis dan tidak masuk akal tersebut.

Sayangnya banyak pelanggan, termasuk saya, kurang rajin mencatat meteran tagihan. Selama ini kita hanya mengandalkan perasaan saja, perasaan rumah saya kosong hanya satu lampu menyala setiap hari, perasaan saya jarang menyalakan lampu di siang hari, perasaan saya tidak menyalakan pendingin udara di siang hari, dan sebagainya. 

Tolok ukurnya adalah perasaan karena memang tidak memiliki catatan meteran tiap bulannya. Kalaupun mencatat, biasanya hanya ditulis tangan, tidak difoto atau kalaupun difoto bisa jadi tidak sesuai dengan tanggal pencatatan penagihan.

* * * *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun