Saat sedang perjalanan melintasi hutan, tiba-tiba ada pesan masuk.
"Apa kabar bang? Smoga abang tetap sehat selalu"
Saya mulai curiga kalau teman yang sudah lama ga kontakan tiba-tiba menyapa. Biasanya cuma dua kemungkinan, minta tolong atau mau berbagi kerjaan. Sama-sama meminta dan sama-sama berbagi rezeki, cuma beda yang satu tangan di bawah satu lagi tangan di atas.
"Baik mas. Apa kabar juga? Smoga tetap aehat juga," balasku.
"Baik jugalah bang. Tapi, ... Ada yang mau aku omongkan, cuma rada ga enak nih."
"Ada apa to mas? Sepertinya ada sesuatu yang urgent banget," timpalku lagi.
"Maaf ya bang kalau ngerepotin. Sy dah setahun nganggur habis kena phk. Tabungan mulai tipis, sementara anak mau lanjut sekolah. Kalo boleh aku pinjem uang ya bang, 5 juta aja ga usah banyak2. Abang kan dah jadi bos sekarang."
Glek!! Dugaanku benar. Kejadian ini mengingatkanku peristiwa lima tahun lalu. Nyaris sama bahasa dan nilai uangnya. Mungkin karena masih polos, kutransfer sejumlah yang diperlukan.Â
Alhamdulillah sampai hari ini uang pinjaman tersebut tak pernah kembali dan orangnya menghilang entah kemana, bak ditelan bumi tak bisa lagi dihubungi. Semua kanal medsosnya mati mendadak dan tak satupun kawan yang mengetahui keberadaannya.
Belajar dari pengalaman tersebut, saya mulai hati-hati bila ada pesan sejenis. Bukan karena pelit atau tak punya uang, tapi lebih kepada menjaga agar tak putus pertemanan sekaligus tak mempengaruhi cash flow anggaran rumah tangga.
Lama saya diamkan sampai muncul pesan baru lagi.