Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Prabowo, Jadilah King Maker, Bukan Menteri Medioker

21 Oktober 2019   23:12 Diperbarui: 21 Oktober 2019   23:28 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi dan Prabowo dalam Posisi Setara (Sumber: detik.com/biro pers setpres)

Demokrat juga tak lagi seksi karena pesona SBY sudah luntur ketika lengser oleh konstitusi dan ternyata tak tergantikan dengan hadirnya sosok AHY yang dinilai masih terlalu dini untuk terjun ke dunia politik.

Gerindra bukanlah partai kader seperti Golkar, PKS, PKB, atau PAN yang bisa berafiliasi dengan ormas tertentu sebagai pendukung tetapnya, sehingga tetap dibutuhkan tokoh sentral untuk menyatukan suara anggotanya.

Kalau boleh, saya mohon Pak Prabowo tetaplah menjadi king maker saja, jangan jadi menteri medioker yang berada di bawah perintah bekas rivalnya di pilpres. Jagalah marwah Bapak tetap tinggi dengan merawat partai Gerindra, serahkan saja tawaran kursi menteri kepada kader-kader lain yang dianggap mampu dan layak untuk duduk di kursi tersebut.

Jabatan bapak lebih prestisius menjadi ketua dewan pembina ketimbang menteri, apalagi kalau ternyata nanti terkena reshuffle akibat terlalu banyak berseberangan dengan presiden, tentu akan mempermalukan bapak sendiri. Lagipula bisa jadi presiden sungkan me-reshuffle bapak sehingga malah mengacaukan kebijakan yang sudah digariskan sebelumnya karena tidak sejalan.

Contohlah Surya Paloh yang lebih senang duduk sebagai king maker di Nasdem dan menyerahkan kursi menteri kepada kader-kadernya. Demikian pula dengan SBY yang tentunya ga bakal mau turun derajat setelah jadi presiden dua periode, dan hanya mencalonkan sang putra mahkota untuk dibina petahana. Partai yang dibangun oleh ketokohan seseorang harus dipelihara hingga menemukan sang putra mahkota, tidak bisa hanya mengandalkan kader-kader partai semata.

Kalaupun masih memaksakan diri masuk dalam pemerintahan, lebih baik menjadi anggota dewan penasihat presiden daripada menjadi menteri. Posisinya lebih terhormat walaupun tidak memiliki wewenang penuh terhadap suatu urusan tertentu seperti pertahanan. Dengan menjadi penasihat beliau bisa mencurahkan ide dan pikirannya kepada presiden untuk ditindaklanjuti oleh menteri pertahanan dan menkopolhukam. Disinilah letak king maker sesungguhnya, otak dibalik sebuah keputusan presiden, bukan mengikuti perintah presiden.

Saya tidak membayangkan seorang tokoh yang berdiri setara presiden tiba-tiba menjadi bawahannya. Apa kata dunia?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun