Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Haji, Ujian Paripurna Sebelum Hijrah

7 September 2019   17:28 Diperbarui: 7 September 2019   17:32 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ka'bah Pusat Aktivitas Haji (Dokpri)

Minimal para jamaah harus tiga kali bolak balik untuk nafar awal dan empat kali untuk nafar akhir. Jadi bisa dibayangkan sendiri betapa lelahnya para jamaah menempuh perjalanan jauh setiap harinya. Bagi yang terbiasa jalan mungkin tidak masalah, namun buat yang jarang jalan apalagi dimanja kendaraan pribadi, apalagi buat lansia tentu bukan hal yang mudah.

Setelah selesai, atau bisa juga setelah dari Arafah, para jamaah melakukan tawaf ifadah mengelilingi Ka'bah sebanyak 7 putaran. Jarak terpendek sekitar 150 m hingga 400 m bila dilakukan di lantai satu dan seterusnya, lalu kalikan 7 kali. Selesai tawaf dilanjutkan dengan Sa'i juga 7 kali antara Safa dan Marwa dengan jarak sekitar 405 m satu jalurnya. Jadi total jarak tempuh sekitar 5-7 km sekali jalan. Belum lagi jarak antara terminal bis ke Masjidil Haram sekitar 500-1000 meter ditempuh bolak balik sekali jalan.

Banyak jamaah sakit karena kelelahan akibat terlalu semangat ibadah yang tidak disertai strategi menjaga stamina. Seharusnya yang wajib diutamakan terlebih dahulu, baru ibadah sunah bila tubuh masih kuat, jangan dipaksakan umtuk aji mumpung meraup seluruh medali pahala yang menguras fisik.

Kemudian yang tak kalah pentingnya adalah ujian mental, mulai dari niat haji di tanah air hingga kembali pulang. Kalau bicara kesibukan manusia tak akan ada habisnya, jadi memang harus dipaksakan untuk meluangkan waktu mulai dari mendaftar haji, melunasi, hingga menjelang berangkat.

Ada saja ujiannya, seperti tiba-tiba ada kebutuhan mendesak misal anak sakit atau masuk sekolah baru yang membuat pelunasan haji tertunda. Pekerjaan yang menumpuk dan beban tanggung jawab kadang juga turut memengaruhi keputusan untuk menunda keberangkatan haji walau uang ada.

Di saat tiba di tanah suci, ujian lebih besar lagi siap menghadang. Jamaah diuji kesabarannya ketika menghadapi orang lain yang berbeda negara dengan adat istiadatnya masing-masing. Ada yang bergaya slonong boy seperti orang Arab, Asia Selatan (India, Pakistan, Bangladesh), ada pula yang adu kuat seperti orang Afrika.

Saat melempar jumrah atau Jamarot di Mina, jamaah harus siap terkena lemparan batu yang tak sampai akibat lemparan orang yang tidak sabar melempar dari jarak jauh. Jamaah juga harus bersabar saat mendekati jamarot baik saat masuk maupun keluar karena begitu banyak orang yang hendak melempar.

Demikian pula saat thawaf mengelilingi Ka'bah harus sabar menghadapi orang-orang yang memaksakan diri mencium Hajar Aswad atau masuk ke dalam lingkar Hijr Ismail dengan memotong langsung arah putaran thawaf. Saar keluarpun harus hati-hati, tetap ikut arus sambil pelan-pelan menuju ke arah luar lingkaran.

Semua harus dilakukan dengan sabar, jauhkan emosi sesaat karena akan mengurangi nilai ibadah. Senggol-senggolan saat thawaf dan lempar jumroh itu biasa, apalagi rebutan shaf, jangan diambil hati. Justru lebih baik menjadi ajang silaturahmi, berkenalan dengan sesama muslim dari negeri lain.

Kesabaran juga diuji menghadapi teman sekamar yang karakternya berbeda-beda. Asa yang suka dingin, ada pula yang menggigil kedinginan di kamar berpendingin udara. Rebutan kamar mandi juga harus dihindari dengan tepa selira di antara penghuni kamar.

Belum lagi jatah makan siang yang kadang-kadang lenyap tanpa sebab. Tak perlu langsung emosi, tanyalah kepala regu atau rombongannya, kalau tak ada juga ya sudah ikhlaskan saja. Soal uang patungan tur juga kadang jadi masalah, so bersabar dan ikhlas, itu kuncinya jika ingin lolos ujian mental.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun