Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Ketika Damri Mulai Bertransformasi

17 Juli 2019   12:42 Diperbarui: 18 Juli 2019   01:10 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satu demi satu pelayanan publik di negeri ini mulai bebenah. Sejak Trans Jakarta mulai dikembangkan sebagai moda angkutan massal terpadu di Jakarta, lalu disusul PT. KAI merevolusi total pelayanan kereta apinya, sekarang giliran DAMRI juga mulai bertransformasi menyesuaikan diri dengan era yang serba digital saat ini.

Dulu DAMRI mungkin jadi pilihan terakhir bila sudah tidak ada lagi bis atau angkutan lain atau semuanya penuh. Bis-bisnya tua dan kumuh, sering berhenti di pinggir jalan padahal bis eksekutif, bahkan mengangkut penumpang gelap alias tak terdaftar di manifes. Walaupun ada checker tapi tetap saja praktek tersebut berlangsung selama puluhan tahun lamanya.

Pool Bis DAMRI Lampung (Dokpri)
Pool Bis DAMRI Lampung (Dokpri)
Perubahan mulai terasa ketika saya turun di terminal 1 Bandara Soetta. Biasanya saya langsung naik bis ketika masih turun di terminal 3, tapi karena harga tiket tak kunjung turun terpaksa saya ganti maskapai yang parkir di terminal 1. 

Di loket DAMRI Bandara tidak lagi tiket sobekan kuning seperti dulu, tapi sudah berganti dengan e-ticket yang langsung dicetak sesuai tujuan. Dulu ketika masih bentuk karcis, saya sering asal naik bis saja yang penting keluar tol bandara baru nyambung ke taksi di luar tol atau Trans Jakarta.

Minggu lalu ketika dinas luar kota ke Lampung, saya sedikit takjub dengan perubahan total yang dilakukan DAMRI. Tiketnya sudah bisa dipesan online melalui aplikasi DAMRI Apps, atau bisa juga melalui Trav***ka. 

Buat yang pesan on the spot juga tersedia layar monitor yang bisa dilihat langsung oleh calon penumpang untuk memilih jenis bis dan kursi yang diinginkan serta ketersediaan kursi, persis seperti di Terminal Larkin seperti yang pernah saya tulis di sini.

Interior Bis Royal Class (Dokpri)
Interior Bis Royal Class (Dokpri)
Bis-bisnya juga mulai bebenah, meski masih bercampur dengan beberapa bis lama. Walau hanya kelas bisnis, bis barunya sudah dilengkapi charger kabel data dan kursinya juga tebal sehingga nyaman untuk tidur. 

Sayangnya jarak antar kursi agak sempit, maklum kelas paling bawah. Untuk kelas Royal dengan seat 1-2 alias hanya 3 kursi sebaris duduknya agak lega. Hanya karena masih bis lama jadi belum tersedia colokan data, tapi sudah tersedia wifi untuk berselancar sambil naik bis.

Seperti KAI, sekarang pesen tiket bis DAMRI harus jauh-jauh hari karena sering kehabisan tiket pas hari-H. Apalagi kalau malam libur dan malam hari mulai kerja seperti Minggu malam Senin, sudah dipastikan habis beberapa hari sebelumnya. Saya sendiri kebagian naik kelas bisnis, kelas terendah karena kelas eksekutif dan royal class sudah habis saat pesan hari sebelumnya. Untung pas pulang saya pesan untuk dua hari ke depan sehingga masih tersedia kursi untuk royal class.

Konter Tiket DAMRI (Dokpri)
Konter Tiket DAMRI (Dokpri)
Setiba di Lampung, saya juga agak kaget karena sudah ada ruang tunggu baru yang tampak modern dan berpendingin udara yang terletak di samping pintu masuk pool DAMRI. Sementara ruang tunggu lama di belakang tampak dibiarkan begitu saja, belum ditata kembali semenjak pindah ke tempat baru. Di dalam ruang tunggu tersedia loket yang juga sudah modern, dilengkapi layar monitor untuk memilih bis dan kursi. 

Selain toilet di ruang tunggu juga terdapat tempat menyusui bayi, serta layar televisi dan tentu colokan listrik. Di sudut terdapat meja check in seperti di bandara, jadi sebelum naik bis kita wajib check in terlebih dahulu untuk mendapatkan nomor bis yang akan dinaiki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun