Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Ironi Seragam Pramugari di Tengah Hujan Kritik

4 Juli 2019   10:46 Diperbarui: 17 Juli 2019   18:30 1773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seragam Baru Pramugari Garuda (Sumber: Dok. Garuda Indonesia)

Kemarin (Rabu 03/07/2019), Garuda Indonesia resmi meluncurkan seragam baru pramugarinya karya desainer ternama Anne Avantie sekaligus merayakan tahun ke-30 berkarya di dunia fesyen. Seragam ini digunakan pertama kalinya pada penerbangan GA 328 jurusan Jakarta-Semarang (1). 

Seragam yang diberi nama "Kebaya Pertiwi" tersebut mencerminkan filosofi kelembutan wanita dalam memberikan pelayanan prima kepada para penumpang, serta keharuman Kembang Setaman yang mencitrakan Garuda membawa keharuman nama Bangsa Indonesia.

Sebagai sebuah perusahaan penerbangan ternama di Indonesia, re-branding melalui perubahan seragam pramugari tentu merupakan hal biasa dalam dunia bisnis. 

Persoalannya, re-branding tersebut dilakukan di tengah tinggi harga tiket yang tak kunjung turun. Ramai kritik yang mengatakan terjadi penurunan kualitas fasilitas. 

Apalagi keuangan Garuda sebenarnya belum stabil dan masih merugi hingga tahun lalu. Disertai pula dugaan kasus pelaporan keuangan yang memasukkan piutang sebagai bagian dari pendapatan membuat direksi didenda 100 juta rupiah. Kantor akuntan publik yang menyusun laporan turut di-suspend oleh Menkeu selama 12 bulan.

Sebagai pelanggan setia Garuda Indomnesia, saya mengalami sendiri penurunan fasilitas sejak tahun lalu. Dimulai dari hilangnya permen dan tisu basah yang biasanya menyertai makanan besar, lalu hilangnya kelas harga promo sejak akhir tahun lalu. Permen dan tisu basah kemudian dihidupkan kembali, tetapi hanya untuk penerbangan tertentu saja. Belum semua penerbangan seperti dulu.

Awal April lalu, fasilitas lounge semakin dibatasi hanya untuk pemegang kartu Platinum dan kelas bisnis saja. Padahal sebelumnya pemegang kartu Gold juga berhak untuk menikmatinya. 

Terakhir, jatah makanan berat untuk penerbangan antara 1-2 jam mulai hilang, diganti dengan snack yang biasa dihidangkan untuk penerbangan jarak pendek. Lalu minuman ringan dan panas yang biasanya selalu tersedia mendadak lenyap saat saya terbang ke Pekanbaru minggu lalu, termasuk koran yang biasanya selalu tersedia saat masuk ke kabin.

Lengkap sudah berkurangnya fasilitas yang selama ini memanjakan penumpang penerbangan kelas premium tersebut. Sayang sekali perusahaan penerbangan kelas full service fasilitasnya seperti kelas LCC plus. Hanya fasilitas bagasi dan snack saja yang masih dipertahankan, selebihnya nyaris sama dengan penerbangan lain sekelas LCC.

Di tengah menurunnya fasilitas dan kesulitan keuangan yang dialami Garuda, tentu merupakan sebuah ironi ketika Garuda memperkenalkan seragam spesial untuk para pramugarinya. Bisa dibayangkan berapa rupiah yang harus dikeluarkan untuk membuat gimmick ini, sementara di sisi lain pengeluaran semakin diperketat dengan mengorbankan fasilitas yang seharusnya dinikmati oleh konsumen.

Sejujurnya, kalau boleh memilih, konsumen lebih senang untuk memperoleh fasilitas lebih sesuai dengan harga yang dibayarkan ketimbang cuma menonton lenggok pramugari yang melayani penumpang di udara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun