Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Lima PR Besar Periode Kedua Jokowi

1 Juli 2019   10:19 Diperbarui: 2 Juli 2019   04:39 1183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penetapan Capres dan Cawapres Terpilih 2019 (Sumber: kompas.com)

Dari sisi pengetahuan kognitif, bangsa Indonesia tak kalah bersaing dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia. Indonesia tak hanya mengekspor tenaga kasar saja, namun banyak juga tenaga ahli dan cerdik pandai yang bekerja di luar negeri. Hal ini berarti bahwa Indonesia tak kekurangan orang pandai, namun bagaimana agar kepandaian tersebut juga diimbangi oleh kehalusan budi pekerti dan etika.

Sebagai contoh, belum lama ini kita mendengar seorang siswa membakar seluruh piagamnya karena kecewa tak masuk sekolah negeri. Secara ilmu mungkin anak tersebut pintar dilihat dari banyaknya penghargaan yang diterima, namun sayangnya tak diimbangi dengan kehalusan budi pekerti sehingga mudah sekali tersulut emosi ketika gagal mencapai keinginannya. Lalu sekelompok anak muda membajak bis TJ hingga terjepit di sebuah terowongan, selfie sembarangan yang berakibat petaka, dan lain sebagainya.

Belum lagi sering kita dengar kalau sopan santun anak milenial tak seperti jaman ayah ibunya dulu. Tingkah laku selengekan dan acuh tak acuh terhadap orang yang lebih tua, dan tindakan tak senonoh lainnya. 

Mungkin hal ini sepele, namun bila dilakukan dalam skala besar dan masif tentu berdampak pada kehidupan bangsa. Oleh karena itu fokus pendidikan saat ini harus lebih condong pada EQ ketimbang IQ untuk mencapai keseimbangan kehidupan.

3. Potensi infrastruktur mangkrak

Di tengah keberhasilan pembangunan infrastruktur pada periode pertama pemerintahannya, ada baiknya dilakukan evaluasi terhadap rencana-rencana pembangunan infrastruktur periode kedua ini, karena bila melampaui batas waktu pemerintahan berpotensi mangkrak atau tidak dilanjutkan oleh presiden berikutnya.

Kemudian perlu dikaji kembali hasil-hasil dari pembangunan infrastruktur selama ini, seperti ruas-ruas tol baru yang hanya ramai saat mudik lebaran dan libur panjang. Selain hari-hari tersebut jalan tol relatif sepi dan hal ini tentu berpengaruh terhadap pengembalian utang para investor yang akan molor dari jangka waktu yang telah ditentukan. 

Mungkin untuk hari-hari biasa bisa diberikan diskon untuk menarik lebih banyak lagi kendaraan yang lewat, harga khusus untuk angkutan barang dan jasa yang lebih murah dari kendaraan pribadi, untuk meningkatkan pendapatan jalan tol serta mempercepat pengembalian hutang.

Jangan terlena pula dengan pengembangan jalur kereta api yang berpotensi mangkrak di Sulsel akibat sulitnya pembebasan lahan, jalur kereta di Kaltim yang juga belum dimulai. 

Apa kabar juga kereta cepat Jakarta - Bandung yang sempat berhenti dan baru kembali dikerjakan, apakah bakal selesai tepat waktu? Lalu ruas-ruas tol yang masih setengah jalan dikerjakan seperti Becakayu, sebagian Trans Sumatera, Jakarta Outer Ring Road tahap dua, dan lain sebagainya.

Sebaiknya optimalkan saja apa yang sudah jadi dan selesaikan yang masih setengah jadi, namun stop dulu rencana-rencana ambisius yang belum tentu dapat dikerjakan dalam lima tahun mendatang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun