Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Mengapa Orang Lebih Senang Mudik dengan Kendaraan Pribadi?

11 Juni 2019   10:36 Diperbarui: 11 Juni 2019   12:01 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kendaraan Pribadi Memadati Jalan Tol (Dokpri)

Dari tahun ke tahun persoalan mudik tak lepas dari masalah kemacetan yang terjadi sepanjang perjalanan. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah mulai dari acara mudik bareng, penambahan jumlah angkutan umum, hingga one way traffic di jalan tol.

Namun semuanya belum mampu memecahkan permasalahan kemacetan setiap musim mudik tiba. Perubahan hanya terjadi pada pindahnya titik macet, seperti dulu di Simpang Jomin, sekarang pindah ke gerbang tol Cikampek Utama.

Lalu mengapa orang masih saja lebih senang membawa kendaraan pribadi, baik mobil maupun motor, daripada naik angkutan umum?

Pertama, ini masalah kebiasaan ga mau ribet dalam perjalanan. Dengan membawa kendaraan pribadi, kita bisa membawa penumpang dan barang semau kita selama masih cukup dimuat dalam mobil atau motor. Sering kita lihat motor-motor yang memaksakan diri membawa barang-barang berlebih di kiri kanan depan belakang dengan menambah cantelan yang justru malah berpotensi mengganggu perjalanan.

Kedua, ga mau ribet juga di kampung, apalagi kalau jarak antar rumah saudara-saudara saling berjauhan. Hari lebaran banyak angkutan lokal yang tidak jalan karena sama-sama merayakan lebaran dan bersilaturahmi ke sanak saudaranya. 

Jadi daripada pusing memikirkan angkutan, lebih baik bawa sendiri dengan segala resikonya. Belum lagi kalau mau rekreasi, tentu lebih enak bawa kendaraan sendiri ketimbang menunggu angkutan umum yang jarang lewat, apalagi kalau tempat wisatanya di tengah hutan, dijamin tidak ada angkutan umum yang lewat.

Ketiga, menjaga gengsi. Orang yang membawa kendaraan sendiri terlihat lebih mandiri dan mampu daripada orang yang menggunakan angkutan umum. Walau harus mencicil, tak masalah bila nanti kendaraan ditarik setelah lebaran, yang penting saat di kampung terlihat membawa kendaraan baru dan masih kinclong.

Keempat, lebih fleksibel, bisa berangkat kapan saja, bisa berhenti di mana saja, tidak terikat waktu dan tempat. Kita tak perlu harus berangkat sesuai jadwal, tapi bisa melihat sikon di jalan. Kalau masih padat, kita bisa tunda hingga sore atau malam hari, atau kalau belum bergerak juga bisa lewat jalan alternatif. Banyak pilihan rute yang bisa ditempuh untuk pulang kampung tanpa harus mengikuti rute standar seperti lewat jalan tol atau jalan pantura.

Kelima, tiket angkutan umum mahal dan terbatas. Bayangkan untuk naik kereta api saja harus berebut memesan tiga bulan sebelumnya, dan hanya dalam hitungan menit tiket pada hari yang kita inginkan ludes. 

Memang ada kereta tambahan, tapi lagi-lagi dalam hitungan menit ludes karena sistem penjualan online membuat orang semakin mudah memesan tiket, tak perlu lagi antri di stasiun. 

Namun dampaknya banyak orang tidak kebagian tiket karena siapa cepat dia dapat. Apalagi kalau membawa rombongan, betapa ribetnya memesan untuk lima orang atau lebih karena hanya dibatasi maksimal empat orang saja.

Tiket pesawat juga semakin mahal sehingga lebih efisien bila menggunakan kendaraan pribadi, apalagi bila membawa rombongan keluarga besar. Ongkos tiketnya bisa digunakan untuk mengisi bensin, makan, menginap, bahkan rekreasi selama mudik. 

Sisanya bisa digunakan untuk menyumbang di kampung halaman. Sementara naik kapal laut membutuhkan waktu yang lebih lama dan jumlah kapalnya terbatas, kecuali jika memang harus menyeberang pulau.

Lagipula, ramainya penggunaan angkutan umum hanya saat lebaran, tahun baru, dan libur panjang saja. Sementara hari-hari biasa jumlah penumpangnya sedikit sehingga operator angkutan umum rugi untuk menyediakan kendaraan dalam jumlah besar. 

Berbeda dengan misalnya Jepang yang masyarakatnya sudah terbiasa menggunakan angkutan umum. Trayek kereta jarak jauh selalu tersedia hampir setiap jam sehingga kita bisa memilih waktu yang tepat untuk berangkat.

Keenam, semakin mudah memperoleh kendaraan pribadi melalu kredit, walau resikonya juga besar. Kita tinggal datang ke dealer, ambil leasing yang pas dengan kantong, tak sampai dua minggu mobil/motor sudah siap, apalagi bukan mobil/motor favorit sehingga tak perlu inden lagi. Kalau tak mampu mencicil, tinggal kembalikan mobil ke leasing. Anggap saja sewa mobil/motor selama lebaran tanpa harus meninggalkan jaminan.

***
Selama kebiasaan tersebut belum berubah, sulit untuk memindahkan kebiasaan membawa kendaraan pribadi. Apalagi dengan adanya jalan tol yang sudah tersambung dari barat ke timur pulau Jawa semakin memanjakan mobil, sementara motor semakin leluasa melalui jalur pantura yang ditinggalkan mobil. Kemudahan inilah yang justru meningkatkan arus mudik dengan membawa kendaraan pribadi.

Seharusnya perlu dibuat aturan bahwa yang boleh membawa kendaraan pribadi roda empat harus berpenumpang empat orang atau lebih. Kurang dari itu, seperti keluarga baru yang jumlahnya kurang dari empat orang wajib naik angkutan umum. 

Selain itu sarana dan prasarana angkutan umum juga harus disiapkan oleh pemerintah karena tidak mungkin operator swasta menyiapkan kendaraan untuk waktu-waktu tertentu saja, sementara hari-hari biasa kosong tanpa penumpang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun